Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Diktator Terakhir Eropa Kembali Kuasai Pemilu Belarusia

Rahman Asmardika , Jurnalis-Senin, 12 Oktober 2015 |17:51 WIB
Diktator Terakhir Eropa Kembali Kuasai Pemilu Belarusia
Presiden Belarusia Aleksancer Lukashenko kembali memenangi pemilihan umum Belarusia. (Foto: Reuters)
A
A
A

MINSK – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko yang dijuluki “Diktator Terakhir di Eropa” kembali memenangkan pemilihan umum (pemilu) untuk menjalani masa jabatannya yang kelima. Kemenangan itu diraihnya setelah pihak oposisi melakukan boikot atas kampanyenya.

Komisi pemilu Belarusia menyatakan bahwa hasil penghitungan sementara pria memperlihatkan pria berusia 61 tahun itu mendapatkan 83,5 persen suara dari pemilih yang memberikan suaranya pada pemilu yang berlangsung Minggu, 11 Oktober 2015. Jumlah suara ini meningkat dari angka 79,7 persen yang didapatnya pada pemilihan sebelumnya pada 2010.

Kelompok oposisi mencurigai hasil yang diperoleh Lukashenko dan menduga ada kecurangan dalam proses pemungutan dan penghitungan suara.

“Komisi pemilihan membuat hasil seperti apa yang mereka inginkan. Saya terkejut dengan skalanya. Mereka membuat jumlah suara yang mengagumkan dengan tempat pemungutan suara yang setengah kosong,” kata pemimpin oposisi Anatoly Lebedko, sebagaimana dilansir Associated Press, Senin (12/10/2015).

Meski dicurigai adanya kecurangan, namun banyak pihak menyatakan tidak terkejut dengan hasil ini. Setelah apa yang terjadi di Ukraina, kebanyakan warga Belarusia menginginkan pemerintahan yang stabil, dan Lukashenko adalah pilihan terbaik untuk memimpin negeri itu.

“Lukashenko berkuasa selama 20 tahun adalah hal yang baik. Di Ukraina, mereka memiliki empat presiden dan lihatlah bagaimana di sana sekarang,” kata Volha Migitskaya, seorang warga Minsk.

Sementara sebagian warga Belarusia lainnya menyatakan meskipun keadaan di Belarus semakin sulit, namun hal itu lebih baik daripada dilanda perang.

Lukashenko pertama kali menjabat sebagai Presiden Belarusia pada 20 Juli 1994. mantan tentara Uni Soviet ini sangat berhati-hati mengenai urusan negara-negara tetangganya. Dia mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia, namun tetap melakukan hubungan ekonomi dan politik yang erat dengan Kiev.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement