Lebih lanjut, di Desa Mesjid Pirak bisa dikatakan banyak keturunan Cut Meutia. Namun, kini seakan punah dan bahkan banyak yang tidak tahu silsilah sebenarnya keluarga Cut Meutia.
Hingga kini, Rumah Adat Aceh peninggalan Cut Meutia masih berdiri kokoh. Beberapa foto-foto bersejarah masa perjuangan wanita pahlawan itu terpampang jelas di dalam rumah tersebut.
Pengunjung pun tak pernah sepi, apalagi pada hari libur. Bahkan, wisatawan asing sempat mengunjungi rumah ini.
“Bukan warga Aceh saja, warga negara asing juga pernah kemari mengunjungi rumah Cut Meutia ini. Mereka datang dari 32 negara, mereka tertarik dan penasaran dengan sejarah Cut Meutia,” tutur Sulaiman.
Cut Meutia adalah salah satu Pahlawan Nasional asal Aceh kelahiran 1870 di Keureuto, Pirak. Ia giat melawan Belanda pada saat menjadi isteri Teuku Chik Muhammad atau yang lebih dikenal dengan nama Teuku Chik Ditunong.
Pada Maret 1905, Teuku Chik Ditunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sedangkan Cut Meutia gugur pada 24 Oktober 1910 bersama pasukannya saat melawan pasukan Belanda Marechausee di Desa Alue Kurieng.
Sebelum gugur, ia sempat menikah dengan Pang Nanggroe sebagaimana yang diwasiatkan oleh suaminya, Teuku Chik Ditunong serta merawat anaknya, Teuku Raja Sabi.
(Abu Sahma Pane)