LA PAZ – Presiden Bolivia, Evo Morales, kalah tipis pada pemilihan presiden dengan mekanisme referendum. Hal ini bukanlah hasil resmi namun hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei.
Hasil jajak pendapat tersebut 52,3 persen suara menentang usulan untuk mengandemen konstitusi. Sementara itu, 51 persen mendukung usulan tersebut.
Masa jabatan Morales sendiri akan berakhir 2020. Morales sebelumnya mengatakan, ia membutuhkan waktu untuk mereformasi amandemen sehingga bisa tetap berkuasa hingga 2025.
Sementara itu, pendukung oposisi telah merayakan hasil referendum di bagian utama Kota La Paz.
Seperti yang dilansir dari BBC Senin (21/2/2016), Morales masih menjadi pemimpin populer bagi Bolivia, sebab dia adalah presiden pertama dari kalangan pribumi yang sudah memimpin selama 10 tahun belakangan. Di bawah kepemimpinannya, ekonomi Bolivia telah berkembang.
Kendati demikian, banyak kalangan juga yang berpendapat Morales tidak seharusnya memimpin hingga 19 tahun.
Wakil Presiden Bolivia, Alvaro Gracia Linera, meminta masyarakat Bolivia untuk menunggu hasil resmi.
“Jajak pendapat bisa saja salah,” katanya kepada wartawan.
“Mereka (lembaga survey) tidak memperhitungkan suara di luar negeri. Mereka tidak pergi ke lokasi terpencil di mana ada lebih banyak dukungan untuk gerakan sosialis kami,” lanjut Alvaro.
“Sangat mungkin hasil jajak pendapat berbeda dengan kenyataan (hasil resmi),” sambungnya.
Komisi Pemilihan Umum setempat mengatakan, perhitungan suara agak lebih lambat dari yang telah dijadwalkan. Hal ini menurutnya sangat mempengaruhi karena surat yang masuk dari pedesaan sebagian besar mendukung Presiden Evo Morales.
Sementara itu, di Provinsi Timur Santa Cruz pemilih marah dan membakar kertas suara dan kotak suara setelah penundaan pembukaan dilakukan di beberapa TPS.
(Silviana Dharma)