JOMBANG - Para petani di Kota Santri atau Jombang, Jawa Timur tampaknya hanya bisa gigit jari. Bagaimana tidak, di tengah panen raya saat ini, harga jual gabah di Kabupaten Jombang justru anjlok. Diduga, ini disebabkan adanya permainan dari para tengkulak.
Sulaiman, (42) petani asal Desa/Kecamatan Mojowarno ini mengaku rugi pada musim panen di bulan Maret ini. Pasalnya, harga gabah yang jualnya turun drastis, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
"Sekarang harga gabah kalau langsung dari sawah seperti ini hanya Rp2.500 perkilogramnya. Sedangkan untuk gabah kering harganya Rp3.000," ujarnya.
Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan HPP yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp3.700. Sulaiman mengaku, anjloknya harga gabah ini mulai dirasakan petani saat panen raya di bulan Maret ini.
"Padahal, sebelumnya harga gabah kering itu sampai Rp3.500 per kilogram sebelum panen raya ini," tambahnya.
Sulaiman pun mengaku rugi pada panen raya kali ini. Hasil panennya, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan saat tanam. Pasalnya, untuk sekali tanam saja, ia menghabiskan dana hingga jutaan rupiah.
"Untuk sekali tanam saja kita habis Rp2 juta. Tentu saja petani rugi," paparnya.
Rendahnya harga gabah ini diduga akibat permainan dari para tengkulak. Para petani ini mengaku tak punya opsi lain untuk menjual gabahnya.
"Ya dijual ke tengkulak itu. Mau dijual kemana lagi. Yang biasanya langsung ke petani ya para tengkulak ini," jelasnya.
Mau tak mau para petani ini harus menjual gabahnya kepada para tengkulak. Sebab, penyerapan gabah yang dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Drive Surabaya Selatan tidak sampai kepada petani.
"Bagaimana kita mau ke Bulog kalau panen kita hanya 1,5 ton. Jarak dari sini ke gudang Bulog sekitar 20 kilometer. Sudah berapa ongkos yang kita keluarkan untuk jasa angkutnya. Itulah kenapa kami terpaksa menjual ke tengkulak," tandasnya.
(Khafid Mardiyansyah)