SEMARANG - Tumpukan daun lontar berusia 200-an tahun itu digelar di Pondok Pesantren Al-Multazam, Semarang, Jawa Tengah. Dalam bilah lontar tersebut, tergores tulisan kaligrafi arab gundul yang sedang dibaca beberapa santri secara berlahan-lahan dan berima.
"Alqurannya asli. Sudah di sini sepuluh bulan lalu," kata Pengasuh Pesatren Al Multazam, Kyai Haji Khamami, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (12/6/2016).
Menurut dia, Alquran daun lontar ini merupakan warisan dari ulama besar di Madura, Sayyid Abdurrahman, yang hidup dua abad lalu. Bahkan, Sayyid Abdurrahman sendiri yang menulis ayat-ayat Alquran di atas lontar yang sampai kini masih menyebarkan aroma khasnya tersebut.
Kini, Alquran daun lontar ini disimpan di Perpustakaan Pesantren Al Multazam. Kata Kyai Khamami, pada Bulan Puasa, Alquran ini rutin dibaca oleh santri secara bergilir.
"Sambil menunggu beduk Maghrib, saya rutin mengaji bersama santri agar dapat menghayati makna ayat suci yang terkandung di dalamnya," ujar Kyai Khamami menegaskan.
Ayat-ayat Alquran yang ditulis di daun ini lengkap 30 juz. Daun-daun lontar tersebut memiliki lebar 1,5 meter, apabila ditata menjadi barisan satu kesatuan. Sedangkan tebal alquran, 22 lembar daun lontar. Agar tidak terpisah, setiap daun direkatkan dalam untaian benang.
Bagi Kyai Khamami, Alquran itu menjadi mukjizat bagi umat islam generasi sekarang. "Inilah mukjizat yang luar biasa. Beliau memberikan karomah pada ayat suci. Dan Alquran ini jadi pelajaran berharga bagi generasi muda," ujar dia.
Kyai Khamami menyatakan, Alquran daun lontar diberi oleh seorang wali santri yang menitipkan anaknya belajar islam di Pesantren Mulzatam. "Kemudian, dia minta saya menyimpannya di perpustakaan pesantren," tegas Kyai Khamami.
Sayyid Abdurrahman dikenal sebagai ulama besar yang sepadan dengan Wali Songo di Tanah Jawa. Ada enam generasi Sayyid Abdurrahman yang menjaga kelestarian Alquran daun lontar tersebut.
Setelah Sayyid Abdurrahman wafat, kitab suci itu diwariskan kepada anaknya, Kyai Haji Tuju Langker. Secara turun menurun, Alquran diteruskan pada kepada Kyai Haji Aziz Tapa, Kyai Haji Tuju Panaungan, hingga Kyai Haji Bunyamin Maimunah yang baru mangkat pada 2014.
Nah, keturunan Kyai Maimunah ini lalu menyerahkan Alquran daun lontar kepada salah satu wali murid santrinya. Wali murid itu kemudian meneruskannya ke Pesantren Al-Multazam.
Rencananya, kata Kyai Khamami, Alquran dari daun lontar akan dimuseumkan pada malam Nuzulul Quran yang jatuh pada 17 Ramadan.
"Museumnya akan dibangun di kompleks pesantren. Kita ingin melestarikan benda-benda peninggalan Waliyullah yang telah memperjuangkan Islam," tegas Kyai Khamami.
Follow Berita Okezone di Google News
(fzy)