 
                MINDANAO – Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengadakan pertemuan bersejarah dengan dua kelompok pemberontak Islam yang saling bersaing di selatan Filipina. Digong –sapaan akrab Duterte- adalah Presiden Filipina pertama yang mengadakan pertemuan tersebut.
Hasilnya tidak sia-sia, para pemberontak itu berjanji untuk mendukung rencana Duterte mengubah pemerintahan Filipina ke sistem federal. Mereka yakin rencana tersebut dapat membuat kesejahteraan lebih merata sehingga efektif untuk mengurangi penculikan di wilayah tersebut.
Para pemimpin kedua kelompok tersebut juga setuju untuk menjembatani perbedaan di antara Muslim di Mindanao, kampung halaman Rody –sapaan akrab Duterte lainnya. Suksesor Benigno Aquino Junior itu mengaku punya keterikatan dengan kelompok pemberontakan Muslim dan komunis di Mindanao.
Para pengamat politik yakin pencegahan pemberontakan Islam di selatan Filipina akan menjadi catatan positif pertama Duterte dalam masa kepemimpinannya. “Duterte adalah satu-satunya presiden yang memiliki kesempatan memutus pemberontakan di kalangan Muslim Mindanao,” ujar pengamat senior Asia Tenggara, Malcolm Cook, sebagaimana dimuat ABC Net, Senin (20/6/2016).
Cook menambahkan, upaya dari Presiden Aquino untuk memberantas pemberontakan sebenarnya sudah cukup banyak. Namun, proses perjanjian damai yang digagasnya berhenti di tengah jalan tanpa sebab yang jelas.
“Duterte mungkin satu-satunya presiden yang punya kesempatan menghidupkan kembali proses perdamaian untuk membawa solusi politik atas pemberontakan yang telah menghantui Mindanao dan Filipina selama puluhan tahun,” pungkas Cook.
(Wikanto Arungbudoyo)