Haytema kemudian meminta maaf atas insiden ini. Pasalnya dia tidak tahu kalau musik keras yang mengganggu itu ditujukan untuk keperluan upacara keagamaan. Dia mengaku tidak bermaksud bersikap tidak hormat.
Meski begitu, tim kuasa hukum Haytema ingin mengajukan banding. Pengacaranya, U Zaw Win meyakini dalam hal ini para peserta upacara keagamaan itulah yang salah. Peraturan di Myanmar melarang musik keras dinyalakan di atas pukul sembilan malam.
“Pihak yang melanggar hukum di sini adalah komunitas Dharma tersebut, bukan pria Belanda ini,” tukasnya.
(Silviana Dharma)