MELBOURNE – Kebebasan beragama di Australia memang berjalan baik. Namun, ada saja oknum-oknum yang terkadang menyerang kaum minoritas, contohnya umat muslim yang ada di Australia.
Bentuk serangan memang tidak secara fisik, melainkan lewat provokasi-provokasi yang dilakukan via pidato atau semacamnya. Politik di timur tengah menjadi salah satu alasan yang membuat kaum ekstremis membenci umat muslim.
Karena itu, dengan digelarnya muktamar muslim pertama Indonesia di Melbourne, Australia pada 23-25 September 2016, diharapkan muncul suatu ide untuk menghapus stigma buruk kaum ekstremis kepada islam. Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengharapkan ada hal positif usai digelarnya muktamar tersebut.
“Harapannya ada dua. Pertama yaitu ke dalam, seluruh masyarakat muslim Indonesia di Australia harus memiliki pandangan yang sama bagaimana muslim Indonesia. Sementara kedua yaitu keluar, muslim Indonesia harus menunjukkan, muslim Indonesia seperti ini loh, muslim Indonesia yang penuh perdamaian dan cinta kasih serta selalu bekerja sama,” ujar Nadjib kepada Okezone saat ditemui di sela-sela acara yang berlangsung di Hotel Bell City, Melbourne.
Selain menunjukkan hal positif, Nadjib yang sejak 2012 menjadi Dubes di Australia itu berharap, ada tindak lanjut dari hasil muktamar. Kesepakatan yang didapat dari muktamar harus diterapkan. Misalnya dengan mengadakan kegiatan yang bernilai, atau yang bersifat sosial dan budaya.
Liputan ini hasil kerja sama Okezone dengan ABC International.
(Fetra Hariandja)