TEGUCIGALPA - Presiden Honduras, Juan Orlando Hernandez mengaku menerima ancaman pembunuhan dari gembong narkoba di negaranya. Tidak hanya dirinya, Duta Besar Amerika Serikat untuk Amerika Tengah, James Nealon juga mendapatkan ancaman serupa.
“Penyidik melaporkan memang ada bukti rencana serangan terhadap Duta Besar Nealon dan saya. Ancaman itu datang dari suatu kelompok penjahat di Atlantik. Jadi kami minta kepada semua pihak untuk melakukan tugas mereka, menyelidiki dan memproses kasus ini,” ujar Hernandez seperti disunting Reuters, Jumat (14/10/2016).
Hernandez pertama kali mengetahui adanya rencana pembunuhan itu dari ‘sumber luar’. Namun dia menolak menjelaskan lebih lanjut siapa yang dimaksud dan peran seperti apa yang akan dimainkan para gembong narkoba itu dalam rencana tersebut.
Informasi upaya pembunuhan tersebut disampaikan Hernandez sehari setelah petinggi militer Honduras, Kapten Santos Orellana, dipanggil Badan Antinarkotika AS (DEA). Dalam kesempatan itu, Orellana diinterogasi atas tuduhan korupsi dan keterlibatan dalam perdagangan narkoba. DEA sendiri disinyalir menekan Orellana untuk melawan kakak Hernandez dalam kasus upaya pembunuhan terhadap dubes AS.
Diduga, kakak sang presiden, Juan Antonio Hernandez, terlibat dalam rencana pembunuhan tersebut. Namun dalam suratnya kepada kongres pada Kamis 13 Oktober, Antonio membantah semua tuduhan yang dilayangkan kepadanya. Dia menegaskan, tak ada kaitan dengan kegiatan ilegal mana pun dan menyatakan siap bersikap kooperatif untuk kepentingan penyelidikan.
Sejak terpillih sebagai Presiden ke-55 Honduras pada 2014, kepemimpinan Hernandez sering menuai kritik dari dalam negerinya. Dia dianggap tidak bisa mengatasi krisis ekonomi, korupsi, mengabaikan tingginya jumlah pengangguran, dan terkenal suka memakai opsi militer untuk menekan warga negaranya.
Meski begitu, mantan pengacara tersebut bersikap keras terhadap kartel-kartel narkoba. Kebijakan anti-narkobanya telah menghalangi para mafia narkoba menjadikan Honduras pusat jaringan distribusi kokain untuk AS.
(Silviana Dharma)