JAKARTA – Kalau melihat peta politik Amerika Serikat (AS), lebih banyak kawasan berwarna merah daripada biru. Merah merepresentasikan Partai Republik, sedangkan biru melambangkan Partai Demokrat.
Meski begitu, pengamat politik Indonesia dan Amerika Serikat dari Northwestern University yakni Jeffrey Alan Winter mengungkapkan kepada Okezone beberapa waktu lalu bahwa sebenarnya warna merah yang dominan tersebut hanya dihuni oleh sedikit penduduk. Itulah mengapa suara minimal untuk lulus nominasi capres Republik lebih minim jumlahnya daripada Demokrat.
Foto: Pemetaan Republik dan Demokrat (FiveThirtyEight)
Di Republik angka amannya 1.237 suara saat pemilihan pendahuluan. Sementara untuk Demokrat jumlah suara yang harus dikumpulkan untuk lulus capres resmi adalah 2.383 dukungan.
“Kita tahu faktanya ada lebih banyak pemilih Demokrat daripada Republik. Kesannya, Hillary sudah pasti menang bukan? Tapi perlu diketahui tidak semua pemilih Demokrat mau menggunakan hak pilihnya. Survei membuktikan pemilih Republik lebih aktif memberikan suaranya di TPS,” ujar akademisi program doktoral ilmu politik dari University of Notre Dame, Nathanael Gratias Sumaktoyo, dalam diskusi Pilpres AS di @America, Pacific Place kawasan SCBD, Jakarta, kemarin.
Dengan demikian, Sumaktoyo menjelaskan masih ada peluang bagi Republik untuk menang. Tetapi Donald Trump, menurutnya, juga harus berusaha maksimal. Khususnya dalam debat capres AS terakhir yang akan dihelat pada 19 Oktober di University of Nevada, Las Vegas.