SEOUL - Sembilan pimpinan perusahaan besar di Korea Selatan (Korsel) menghadiri rapat dengar pendapat dengan parlemen, Selasa (6/12/2016). Mereka menyangkal terlibat dalam skandal Presiden Korsel Park Geun-hye.
Sembilan konglomerat, dalam pertemuan yang disiarkan langsung di televisi tersebut, menampik jika mereka mencari "bantuan" pemerintah ketika diminta memberi donasi pada dua yayasan tertentu. Kedua yayasan tersebut dikelola oleh teman dekat Presiden Park, Choi Soon-sil. Skandal inilah yang kemudian berbuntut pada upaya pemakzulan dirinya.
Di hadapan parlemen, Kepala GS Group, Huh Chang-soo, mengaku sulit menolak permintaan pemerintah. "Ini realitas di Korea Selatan; jika ada permintaan dari pemerintah, maka perusahaan akan sulit menolaknya," ujar pimpinan perusahaan ritel energi dan juga ketua Federasi Industri Korea tersebut.
Disitat dari Reuters, Selasa (6/12/2016), para konglomerat Korsel ini mengelola pendapatan yang setara dengan lebih dari setengah perekonomian Negeri Ginseng. Parlemen Korsel mempertanyakan apakah ada tekanan dari Presiden Korsel Park Geun-hye maupun temannya, Choi Soon-sil, ketika perusahaan mereka dimintai dana bantuan bagi dua yayasan non-profit yang dikelola Choi tersebut. Parlemen Korsel juga mempertanyakan kemungkinan sembilan perusahaan tersebut meminta balasan atas donasi yang diberikannya.
Pemimpin Grup Samsung Jay Y. Lee, yang duduk di tengah pada meja saksi, menyatakan, Presiden Korsel Park Geun-hye, dalam pertemuan tatap muka empat mata, meminta dukungannya untuk mendorong pembangunan budaya dan olahraga. Namun, Park, kata Lee, tidak secara spesifik meminta bantuan uang.
"Banyak kalangan meminta bantuan serupa di bidang budaya dan olahraga. Kami sendiri tidak pernah memberi donasi sebagai upaya mendapat balasan (quid pro quo). Kasus ini sama saja," ujar Lee, seraya menambahkan, ia malu dengan situasi ini dan muncul ke publik dengan berat hati.
Samsung mendonasikan 20,4 miliar won (sekira Rp232,8 miliar) kepada dua yayasan, seperti yang dilakukan kebanyakan perusahaan besar lainnya di Korsel. Tim Kejaksaan Korsel menggerebek kantor-kantor perusahaan tersebut bulan lalu.
"Saya akan menanggung semua tanggung jawab terkait situasi ini, baik secara hukum maupun etika, jika hal tersebut memang ada," imbuh Lee. Pria 48 tahun itu merupakan pemimpin generasi ketiga dalam konglomerasi terbesar di Korsel. Ia mendapat cecaran pertanyaan paling banyak sepanjang dua jam pertama pertemuan tersebut.
Para konglomerat Korsel telah mendominasi perekonomian di Korsel, yang disebut terkuat keempat di Asia. Mereka bekerja sama erat dengan pemerintah dalam sebuah sistem yang memungkinkan Korsel bangkit kembali pasca-kerusakan akibat Perang Korea pada 1950-1953. Meski demikian, para kritikus menyebut, perlu ada reformasi, termasuk meningkatkan perbaikan kerja pemerintah dan transparansi.
Pertemuan dengan Parlemen Korsel juga dihadiri Ketua Dewan Hyundai Motor Group Chung Mong-koo (78). Ia datang bersama anak laki-laki dan calon penggantinya, Vice Chairman Chung Eui-sun. Sidang dengar pendapat hari ini sendiri menjadi pertemuan pertama yang didatangi kelompok besar pemimpin perusahaan Korsel.
"Ini adalah peluang yang baik untuk menyampaikan posisi perusahaan," ujar pimpinan Hanwha Group, Kim Seung-youn.
Setiap saksi dalam sidang dengar pendapat tersebut dipersilakan membawa satu pengacara dan satu pendamping dari perusahaan. Mereka juga diperkenankan membawa tenaga medis jika diperlukan.
Jutaan warga Korsel mendesak Presiden Korsel Park Geun-hye mundur karena skandal politik yang melibatkannya. Perempuan pertama yang menjadi presiden di negerinya K-Pop tersebut terancam dimakzulkan dalam sidang yang akan digelar Jumat ini.
(Rifa Nadia Nurfuadah)