Pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Maladewa, Mohamed Asim, menghasilkan komitmen pembukaan Konsul Kehormatan di negara eksotis tersebut. Selain itu, Menlu Retno juga meminta bantuan perlindungan terhadap warga negara Indonesia (WNI) yang berjumlah 1.400 orang yang bekerja di sektor pariwisata dan infrastruktur. Indonesia dan Maladewa juga sepakat bekerja sama dalam bidang pariwisata. Tak lupa, Indonesia meminta dukungan Maladewa dalam kekuatan Indonesia di IORA, di mana Indonesia ingin ada concord dan plan of action.
“Tanpa pertemuan bilateral dengan Palestina, kita sudah selalu intensif berkomunikasi. Selain membahas masalah Konferensi Perdamaian Palestina di Paris, Prancis, kita juga membahas kerja sama perdagangan. Produk mi instan Indonesia sangat diminati oleh warga Palestina. Mereka meminta kita memberikan perlakuan khusus terhadap produk-produknya, karena itu dapat menggerakkan ekonomi Palestina, terutama bagi anak-anak muda. Tentu masalah ini akan saya bahas bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Koordinator Perekonomian,” sambung Menlu Retno.
Pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Sultan bin Saad al Muraikhi, memiliki agenda pembahasan rencana kunjungan Emir Qatar Tamim bin Hamad al Thani ke Indonesia pada 2017. Tanggal pasti kunjungan tersebut masih belum jelas, tetapi akan diusahakan dalam empat bulan pertama 2017. Kedua negara juga ingin meningkatkan kerja sama di bidang telekomunikasi dan perbankan, serta mengundang investor Qatar untuk berinvestasi di bidang infrastruktur.
Masalah patok perbatasan menjadi agenda pembahasan dengan Menlu Timor Leste, Hernani Coelho. Kedua negara sepakat menyelesaikan masalah dua perbatasan dalam pertemuan pada Januari 2017, baik di tingkat politik maupun teknis. Survei bersama akan dilakukan kedua negara di dua perbatasan tersebut sebelum melakukan pertemuan. Fleksibilitas dan win-win solution menjadi kunci dalam penyelesaian tersebut menurut Menlu Retno.
Menteri Luar Negeri Papua Nugini, Rimbink Pato, menunggu di giliran berikutnya setelah Timor Leste. Kedua menlu membahas rencana penyelenggaraan joint commission pada Januari atau Februari 2017. Keduanya juga membahas rencana pengajaran bahasa Indonesia di Papua Nugini. Indonesia akan mengirim tim untuk bertemu pemerintah Port Moresby yang dijadwalkan berangkat pada pertengahan Desember 2016 di bawah koordinasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemenang Nobel Perdamaian Nobel 2015, Ouided Bouchamoi, tak ketinggalan menyapa Menlu Retno di Ruang Karangasem, The Westin Hotel Nusa Dua, Bali. Pebisnis perempuan itu sangat ingin belajar demokrasi di Indonesia karena negara asalnya, Tunisia, masih dalam masa transisi usai Arab Spring. Selain itu, Ouided juga tertarik pada usaha kecil dan menengah (UMKM) dan juga pemberdayaan perempuan dengan Indonesia.
Kerja sama energi menjadi fokus pembahasan terpisah saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Libya, Muhammad Tahir Siala, dan delegasi Iran. Menlu Libya mengundang investor Indonesia untuk mengoptimalkan produksi minyak. Saat ini, Libya memproduksi 800 ribu barel minyak per hari, jauh di bawah kapasitas 1,6 juta sampai 1,7 juta barel per hari. Sementara posisi Iran sebagai negara dengan cadangan minyak nomor empat dan gas nomor dua dunia, sangat potensial untuk ditingkatkan dalam bentuk kerja sama.
Pertemuan terakhir dilakukan dengan Duta Besar Spanyol Fransisco, Jose Viquira Niel, yang akan segera mengakhiri tugasnya. Pertemuan secara garis besar adalah perpisahan dengan Menlu Retno dan memperkenalkan Menlu Spanyol yang baru, serta rencana kunjungan ke Jakarta pada 2017.
(Emirald Julio)