JAKARTA – Datuk Sri Zahrain Mohamed Hashim ditunjuk menjadi duta besar Malaysia untuk Indonesia pada 2013. Saat itu, politisi Partai Keadilan Rakyat ini tak mau lagi maju dalam pemilihan umumdi Malaysia. Dia lantas meninggalkan jabatannya di parlemen.
Namun begitu, pemerintah masih membutuhkan jasanya. Sultan Malaysia pun mengajukan penawaran untuk menugaskannya di luar negeri.
Ketika berita itu sampai ke telinganya, Datuk Seri Zahrain mengiyakan. Dengan satu syarat, harus ditempatkan di Indonesia.
“Saya hanya minat bertugas di Indonesia saja. Menjadi Dubes Malaysia untuk Indonesia adalah pilihan saya,” terangnya dalam program Special Dialogue di kantor Okezone, Rabu (7/6/2017).
Diplomat yang mengawali kariernya sebagai pengusaha itu menjelaskan, hatinya sudah terpikat pada Nusantara sejak belum jadi politisi. Sewaktu meneruskan usaha keluarga, dia mengaku sering mengunjungi Indonesia untuk bisnis.
“Secara pribadi, di sini saya juga lebih mudah berkawan. Banyak orang yang sudah saya kenal di sini. Selain karena kita serumpun, saya juga punya kedekatan khusus dengan Indonesia,” ungkapnya.
Kedekatan khusus yang ia maksud ternyata mengalir dalam darahnya. Kakek dan nenek Dubes Zahrain lahir di Minangkabau. Tepatnya di Kota Payakumbuh.
Ia sendiri mengakui jarang pulang ke sana, karena sebagian besar keluarga sudah pindah ke Penang. Namun dia juga tak dapat memungkiri, kedekatan itu begitu kental.
“Pendekatan secara alamiah itu benar ada, terasa sekali. Sekira dua sampai tiga kali saya pernah pulang ke Tanah Minang. Tetapi saya lebih sering ke Medan, jaraknya lebih dekat. Naik pesawat 20 menit saja sampai,” ucapnya.
Sudah hampir empat tahun kakek empat cucu tersebut bertugas di Indonesia. Pada Oktober 2017, masa jabatannya pun akan berakhir. Kendati demikian, pemerintah belum menemukan gantinya. Dia mendapat pesan untuk melanjutkan minimal setahun lagi.
Akan tetapi, Dubes Zahrain rindu pulang ke Tanah Air. Dia tahu jarak antara Penang dan Jakarta hanya terpaut dua jam. Namun begitulah, usia yang tak lagi muda dan bayangan bermain bersama cucu juga terus terngiang dalam benaknya.
“Saya senang berada di Indonesia. Walau sudah balik ke Malaysia, saya akan tetap berkunjung ke sini. Tetapi usia dan keinginan main sama cucu dan dekat dengan keluarga selalu memberatkan hati saya untuk melanjutkan jadi diplomat,” tuturnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)