RAJA Ludwig II dari Bavaria mungkin adalah salah satu penguasa Eropa yang paling eksentrik di abad ke-19. Ia diangkat menjadi raja di tengah konflik dua monarki Jerman yakni Austria dan Prusia. Pria yang mewarisi takhta pada usia 18 tahun itu diketahui berdiri di sisi Austria yang sayangnya mengalami kekalahan.
Ludwig resmi menjadi raja pada 1864, namun hanya dalam kurun waktu dua tahun pemerintahannya dinilai tidak berhasil pasca-Austria kalah. Ia semakin jauh dari perannya sebagai penguasa setelah adanya penggabungan antara Bavaria dan kekaisaran Jerman. Ludwig yang tak pernah tertarik dengan politik mengabdikan dirinya untuk hal-hal yang lebih baik dalam hidup.
Ludwig II, yang juga dijuluki Swan King, sangat tertarik pada seni, arsitektur dan yang terpenting, adalah musik Wagner. Ia mewarisi hasratnya itu dari sang kakek Ludwig I yang diketahui memiliki obsesi dengan artefak dari Yunani Kuno dan pelukis zaman keemasan Italia atau renaisans. Ludwig saya adalah seorang kolektor seni, pelindung seni dan juga seorang seniman.
Ludwig I terkenal karena menulis puisi yang mengerikan, tapi bagaimanapun, cintanya pada seni sangat tulus dan membuatnya dicintai oleh orang-orang. Ia berhasil menyampaikan gairah ini kepada cucunya, yang membawanya ke tingkat yang baru. Dalam membangun istana, Ludwig II mengatur keseluruhan prosesnya. Baik itu hiasan, material atau perabotan, semuanya harus melalui persetujuannya.
Pekerjaan tersebut sangat penting baginya, lebih dari sekadar hal-hal sepele, seperti menjalankan negara. Dan ia sepertinya terjebak dalam kehidupan mimpi. Ludwig II adalah penggemar berat Wagner dan operanya, jadi ia menawarkan patronase (hubungan atau kerjasama saling menguntungkan) dengan komposer tua itu.
Wagner berusia 51 tahun saat menerima undangan dari raja muda tersebut untuk menjadi tamunya di Munich. Di bawah patronase Ludwig, Wagner menulis opera terkenalnya, Tristan dan Isolde, satu tahun setelah pertemuan mereka. Sponsor ini datang pada saat yang sangat penting bagi Wagner, karena ia sedang berjuang dengan hutang dan kemiskinan pada saat itu.
Namun, gaya hidupnya yang boros tidak sesuai untuk Bavaria yang konservatif, jadi ia meninggalkan Munich dan pindah ke Swiss, di mana ia menerima bantuan keuangan dari Ibu Ludwig. Selain musik, King Ludwig menyukai juga teater. Ia bekerja untuk memodernisasi teater di Munich, dan memperkenalkan audiensnya kepada Shakespeare, Calderon, Mozart, Gluck, Ibsen, Weber serta nama hebat lainnya dari drama dan opera Eropa.
Sang Raja banyak berinvestasi dalam meningkatkan warisan budaya negaranya, bekerja tanpa kenal lelah untuk menghadirkan aktor dan penulis yang sesuai untuk memperbaiki standar, terutama potongan karya Schiller, Molière, dan Corneille. Namun, gairah sejati Ludwig terbukti menjadi arsitektur.
Ia mulai membangun Kastil Neuschwanstein pada 1969. Dan pada 1871, Ludwig benar-benar meninggalkan politik , sebuah langkah yang tidak dianggap enteng oleh anggota kerajaan. Selain kurangnya minat pada politik, Ludwig juga menentang penyatuan Jerman, karena ia tidak menyetujui dominasi Prusia di kerajaan yang baru didirikan.
Pada tahun-tahun berikutnya, ia mendirikan bangunan megah seperti Istana Linderhof, Kompleks Herrenchiemsee, dan apartemen Munich Residenz Palace Royal. Ludwig menyatukan berbagai gaya dalam karyanya mulai dari arsitektur Romawi sampai Bizantium, dengan unsur interior Gothic. Kastil Neuschwanstein, yang diterjemahkan sebagai New Swan Castle, menampilkan lukisan dinding yang menggambarkan gambar dari cerita rakyat yang kerap mengilhami Wagner. Ia juga membangun kebun dan kastil besar yang menyerupai bangunan oriental.
Ludwig II tidak pernah menyalahgunakan posisinya sebagai raja untuk membiayai proyeknya. Sebagai gantinya, Ludwig membayar bangunan-bangunan mewah itu dari uang sakunya sendiri. Ia sering menghabiskan uang lebih banyak dari yang sebenarnya dia dapatkan. Lawan politiknya, Pangeran Regent of Bavaria Luitpold berusaha mengumumkan bahwa Raja Ludwig II adalah raja gila, karena ia menderita kelainan yang melankolis dan dianggap aneh oleh anggota keluarganya.
Konspirasi mulai dibuat oleh Luitpold, dan pada 1886, menjadi jelas bahwa kehidupan Ludwig dalam bahaya, jadi ia memutuskan untuk melarikan diri dari Bavaria. Ia bermaksud menyeberangi Danau Starnberg dan melarikan diri ke tempat yang aman, kemungkinan besar Swiss, tapi sebaliknya, Ludwig II ditemukan tewas esok paginya.
Penyebab kematian resmi adalah bunuh diri karena tenggelam, namun mengingat konteks kejadiannya, sangat tidak mungkin.Belakangan, muncul bukti bahwa sang Raja ternyata terbunuh. Luitpold mengambil takhta Bavaria untuk putranya. Ironisnya putra Luitpold juga disebut dengan Ludwig. Ia menjadi raja terakhir Bavaria sampai akhir Perang Dunia I.
(Rifa Nadia Nurfuadah)