Sepandai-pandainya mereka bersembunyi, akhirnya terendus juga oleh Gestapo (polisi rahasia Nazi Jerman). Delapan orang itu ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia pada September 1944. Anne dan kakaknya Margot kemudian dipindahkan ke kamp konsentrasi lain pada Oktober 1944.
Anne meninggal di kamp tersebut pada Maret 1945 karena penyakit tifus. Ia meninggal tidak lama sebelum kamp konsentrasi yang terletak di Jerman utara tersebut, dibebaskan dari tangan Nazi oleh pasukan Sekutu. Sementara sang ayah, Otto Frank, ditemukan dalam keadaan hidup di Auschwitz oleh pasukan Rusia yang membebaskan kamp tersebut.
Tempat persembunyian Otto dan keluarga di Belanda pun digeledah oleh rekan-rekannya. Dari sana, mereka menemukan setumpuk kertas yang berisi pemikiran-pemikiran pribadi. Salah satunya berisi catatan harian Anne yang mendeskripsikan perkembangan emosional dan intelektual selama dua tahun menghindari Nazi.
(Buku diary Anne Frank. Foto: Reuters)
Otto Frank menerbitkan tulisan tersebut pada 1947 dengan judul ‘The Diary of a Young Girl’. Sejak itu, buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Tidak hanya itu, cerita Anne Frank dengan diarynya juga diangkat ke teater dan layar perak karena dianggap sangat inspiratif.
“Terlepas dari semuanya, saya masih percaya semua orang benar-benar baik hati,” bunyi salah satu kalimat yang paling menggugah dari diary Anne Frank, mengutip dari History, Jumat (4/8/2017).
Rumah tempat Otto Frank dan keluarga bersembunyi di Amsterdam, Belanda, diabadikan sebagai museum pada 1960. Cerita-cerita di dalam buku Anne Frank dianggap sebagai rujukan terbaik untuk mengetahui betapa kejamnya Nazi Jerman di puncak kekuasaannya.
(Wikanto Arungbudoyo)