 
                Jenderal bintang empat itu juga membeberkan gerakan yang tengah ramai disoroti di berbagai media sosial tersebut bukan mengarah pada krisis kemanusiaan yang sedang terjadi, melainkan membangun sentimental terhadap pemerintahan.
"Artinya isu ini lebih banyak digunakan untuk konsumsi dalam negeri, dalam rangka membakar sentimen masyarakat Islam, umat Islam di Indonesia untuk antipati terhadap pemerintahan, bukan untuk krisis yang terjadi," ujarnya.
Diketahui sebelumnya, krisis yang terjadi di Myanmar sudah terjadi sejak beberapa pekan lalu. Kaum Rohingya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari kaum mayoritas. Hingga saat ini Presiden Joko Widodo tengah berupaya membangun komunikasi dengan otoritas Myanmar dengan mengirimkan Menteri Luar Negri.
(Ranto Rajagukguk)