Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kenapa Kalender Jawa Mirip dengan Kalender Hijriah? Berikut Penjelasannya

Ahmad Sahroji , Jurnalis-Kamis, 21 September 2017 |07:02 WIB
Kenapa Kalender Jawa Mirip dengan Kalender Hijriah? Berikut Penjelasannya
Ilustrasi
A
A
A

JAKARTA - Di berbagai belahan dunia, terdapat banyak kalender yang dijadikan acuan dan penentuan waktu. Di antaranya kalender Masehi, Hijriah, Saka, Cina, hingga Kalender Jawa.

Akan tetapi, jika ditelisik lebih mendalam, terdapat beberapa kesamaan antara penanggalan Hijriah dengan Jawa. Yang paling kentara yakni awal kalender Hijriah yaitu 1 Muharram yang berbarengan dengan 1 Sura (Suro) dalam penanggalan Jawa.

Dari beberapa sumber yang dihimpun Okezone, pada saat itu agama Islam semakin banyak tersebar. Sultan Agung mengubah sistem penggunaan kalender Saka di kalangan masyarakat Jawa menjadi sesuai kalender Hijriah. Maka diadopsilah kalender Hijriah dengan beberapa penyesuaian.

Maka jadilah nama bulan kalender Saka menjadi Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Poso, Sawal, Dulkangidah, Besar. Nama bulan itu mirip dengan urutan kalender Hijriyah yakni Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadan, Syawal, Dzulkaidah, Dzulhijjah.

Awal bulan kalender Jawa juga diganti, yang awalnya pada hari raya Nyepi sekitar bulan Maret pada kalender Masehi menjadi disamakan dengan kalender Hijriyah. Maka jadilah awal kalender Jawa 1 Suro sama dengan 1 Ramadhan.

Perubahan yang dilakukan Sultan Agung itu hanya pada awal tahun dan nama bulan. Untuk tahun Sultan Agung memilih meneruskan tahun Saka yang sebelumnya digunakan.

Perubahan sistem kalender dilakukan Sultan Agung bersamaan dengan 1 Muharram 1043 Hijriyah atau tanggal 8 Juli 1633 Masehi yang bertepatan dengan 1555 tahun Saka. Sehingga pertama kali kalender Jawa buatan Sultan Agung bukan 1 Suro tahun 1 tetapi 1 Suro tahun 1555.

Sistem kalender yang dibuat Sultan Agung itu pun masih digunakan hingga saat ini. Berbagai tradisi Jawa hingga saat ini masih mengacu pada kalender tersebut.(fin)

(Amril Amarullah (Okezone))

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement