Dampak penyakit itu sangat dirasakan oleh Kerajaan Inggris, terutama Henry VIII yang terus ketakutan akan sweating sickness sampai akhir pemerintahannya. Anggota kabinetnya, termasuk penasihat Henry, Kardinal Wolsey yang berhasil selamat setelah beberapa kali terjangkit. Kakak Henry, Arthur juga diduga meninggal dunia karena penyakit itu.
Wabah sweating sickness berhenti secepat munculnya. Epidemi terakhir terjadi pada tahun 1551. Sekira 150 tahun kemudian, varian serupa yang disebut Picardy Sweat muncul di Prancis, namun tidak ada kesamaan yang muncul kembali.
Hal ini membuat para peneliti modern kesulitan untuk mempelajari sweating sickness. Mereka terpaksa bergantung pada keterangan yang diberikan pada saat itu dan informasi kesehatan masyarakat yang masih primitif untuk merekonstruksi epidemi sweating sickness.
Meski diketahui bahwa ribuan orang meninggal akibat penyakit tersebut, jumlah pastinya tidak diketahui karena catatan yang tidak lengkap. Masih belum diketahui apa sebenarnya yang menyebabkan sweating sickness. Beberapa peneliti menduga penyakit itu disebabkan oleh semacam hantavirus, sementara yang lain menduga bahwa penyakit itu semacam flu atau keracunan makanan.
(Rifa Nadia Nurfuadah)