YANGON – Mulutmu adalah harimaumu adalah peribahasa yang tepat untuk kasus ini. Seorang perempuan harus merelakan gelar ratu kecantikan Myanmar setelah mengklaim bahwa kelompok militan yang membela Muslim Rohingya adalah 'pertanda teror dan kekerasan' dalam konflik yang sedang berlangsung di negara bagian Rakhine.
Seperti yang dilansir dari Daily Mail, Rabu (4/10/2017), Shwe Eain Si (19) Miss Grand Myanmar, mem-posting sebuah video di Facebook pada minggu lalu yang menggambarkan kelompok militan Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) sebagai kelompok yang tengah berusaha mendirikan gaya khalifah di Myanmar dan mengatakan akan menggunakan ketenarannya untuk 'mengungkapkan kebenaran'.
Selain itu, dalam video tersebut, Shwe juga menyatakan bahwa ARSA adalah organisasi teroris yang justru biang dari konflik itu sendiri. Ia juga mengatakan jika Rohingya bersikap seolah-olah mereka adalah orang-orang yang tertindas dan mengatakan bahwa serangan baru-baru ini tidak proporsional.
Namun, pihak penyelenggara kontes kecantikan tersebut kecewa dengan sikap Shwe Eain Si yang dinilai tidak mencerminkan suri tauladan. Mereka terpaksa mencopot mahkotanya dan membatalkan kontrak. Tidak tinggal diam, pihak Shwe membantah klaim penyelenggara kompetisi tersebut dan mengatakan tidak ada satu pun tuduhan serius yang dapat melepaskan gelarnya.