TANGERANG SELATAN - Sungguh memprihatinkan nasib yang dialami balita bernama Gevira (3). Dia didiagnosa mengidap tumor ganas di dalam perut, hingga kini kondisinya hanya terbaring lemas sambil menunggu tindakan medis tim dokter khusus.
Gevira merupakan putri dari pasangan Lia (21) dan Advent (23). Mereka tergolong keluarga kecil dengan kondisi ekonomi pas-pasan, hal itu bisa dilihat dari tempat tinggalnya berupa gubuk sederhana di Kampung Maruga, RT01 RW08, Ciater, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
"Awalnya dia (Gevira) mengeluh sakit pada bagian ulu hati, terus kondisinya semakin menurun. Kejadiannya sudah sebulan ini," kata Lia, Kamis (23/11/2017).
Kini Gevira sendiri tengah berada dalam perawatan RSUD Kabupaten Tangerang, pasalnya pihak RSUD Tangsel mengaku tak memiliki peralatan medis untuk melakukan bedah Digestive, yakni penanggulangan gangguan kesehatan yang terjadi pada bagian tubuh pencernaan manusia.
"Jadi diagnosa awal, diduga adanya tumor di dalam perut, atau bisa jadi radang pada usus. Masalah pada perut itu yang mengakibatkan ananda Gevira kekurangan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Bisa jadi, ketika dia makan, keluar kembali melalui feses atau muntah," terang Assyri Yavit, Perawat Pengawas Ruang Kemuning RSUD Tangerang.
Dari penampilan luar, apa yang diderita Gevira jelas berdampak pada beberapa bagian tubuhnya. Selain perut membuncit, tulang di bagian wajah, lengan, kaki terlihat begitu menonjol. Balita malang itu hanya bisa terbaring lemas, lantaran makanan atau minuman yang dikonsumsinya akan dimuntahkan kembali.
Lia pun bercerita, bukan hal mudah untuk mendapatkan perawatan medis seperti saat ini. Berkali-kali dia dan suami harus mondar-mandir ke RSUD Tangsel meminta putrinya agar mendapat perawatan. Namun karena berdalih tak memiliki alat, pihak rumah sakit hanya membaringkan Gevira diatas tempat tidur pasien selama seminggu tanpa tindakan medis berarti.
"Ya sempat dirawat hampir seminggu di RSUD Tangsel, namun tidak ada kejelasan akan penyakit anak saya. Setelah itu dapat rujukan ke RS Fatmawati, tapi kita kesana berangkat sendiri. Sampai disana, kita dijanjikan Jumat 17 November untuk diperiksa, tapi mundur lagi ke hari Senin 20 November. Begitu kami kembali hari Senin ke RS Fatmawati, ternyata sama saja, dilempar sana-dilempar sini. Harus ke Poli Anak, harus ke Radiologi. Karena kita cape diperlakukan seperti itu, akhirnya kami bawa pulang lagi," ujarnya.
Meski Lia dan Advent terdaftar sebagai pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan anggota BPJS Kesehatan. Tetap saja, pelayanan yang mereka terima tak mencerminkan sikap profesional dari rumah sakit milik pemerintah itu
"Bapaknya, punya BPJS Kesehatan. Dia kerja sehari-hari sebagai kurir, saya sendiri dapat KIS. Tiap bulan suami saya bayar, tapi tetap penanganannya kurang maksimal," keluh Lia.
Hari ini dikabarkan, Gevira memulai proses CT (Computerized Tomography) Scan di RSUD Kabupaten Tangerang. Langkah itu, untuk mengawali pembedahan organ dalam yang ditujukan untuk mengangkat tumor pada bagian tubuhnya.
(Khafid Mardiyansyah)