Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Diuji DPR, Marsekal Hadi Tjahjanto Beberkan 5 Ancaman Global Dihadapi Indonesia

Puteranegara Batubara , Jurnalis-Rabu, 06 Desember 2017 |13:24 WIB
Diuji DPR, Marsekal Hadi Tjahjanto Beberkan 5 Ancaman Global Dihadapi Indonesia
Marsekal Hadi Tjahjanto ikut uji kelayakan di Komisi I DPR RI (Adimaja/Antara)
A
A
A

JAKARTA – Calon Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memaparkan lima isu global kontemporer yang berpotensi mengancam pertahanan dan kemanan Indonesia di depan para anggota DPR RI. Menurutnya itu salah satu tantangan yang dihadapi bangsa ini.

Hal itu dikatakan Hadi Tjahjanto saat memaparkan visi, misi, program strategis TNI menghadapi era globalisasi dalam uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon Panglima TNI di Komisi I DPR, Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/12/2017).

Dalam pemaparannya, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) ini menjelaskan bahwa ancaman pertama bisa muncul dari adanya tatanan dunia baru.

Menurutnya, melemahnya hegemoni negara adidaya karena kekuatan ekonomi baru seperti China, Rusia, India, dan Brazil membentuk tatanan dunia baru yang berpengaruh terhadap keamanan global.

"Selain itu karena kepentingan menjadi keutamaan maka aliansi tersebut dapat dimungkinkan untuk melintas idiologi. Sementara itu kepemimpinan negara baru super power telah mengubah pola intensitas komitmen terhadap keamanan global," ujar Hadi.

Hal tersebut diperparah dengan adanya aktor-aktor non negara yang membawa kepentingan kelompok yang dikemas dalam wujud ideologi, agama, suku hingga ekonomi.

"Wujud nyata dari realitas ini adalah munculnya instabilitas di beberapa kawasan yang sedianya berada dalam kendali seperti di Timur tengah Irak dan Suriah. Termasuk ISIS di Filipina dan krisis nuklir di Korut," papar Hadi.

Ancaman selanjutnya, kata Hadi, adalah adanya kelompok terorisme. Bahkan, terorisme kini kerap dijadikan alat untuk menguasai suatu wilayah yang berujung pada perang melibatkan pihak ketiga. Contohnya yang terjadi di Irak dan Suriah.

"Beberapa kasus seperti di Suriah dan Irak terorisme terbukti berujung pada proxy war atau hybrid war," ucap Hadi.

Ancaman berikutnya, menurut Hadi, yakni ancaman perang siber yang dianggap sama bahayanya dengan senjata kinetik. Untuk itu, Hadi menganggap perkembangan dunia siber harus dijadikan pertimbangan dalam fungsi ketahanan dan keamanan nasional.

"Pada sisi lainnya hal tersebut menunjukan bahwa keamanan dimensi cyber harus menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pertahanan dan keamanan nasional," ungkap Hadi.

Selanjutnya, Hadi menekankan kebangkitan China yang sangat pesat. Hadi menilai negeri Tirai Bambu telah mengubah konstalasi politik dunia dalam waktu singkat lewat ekonomi dan militer.

"Tiongkok berupaya mengemas kebangkitan fenomenalnya itu dengan slogan yang diviralkan oleh pemerintahnya sebagai china charm offensive," kata Hadi.

Terakhir, Hadi menyatakan bahwa potensi ancaman juga hadir di laut Indonesia. Mengingat, TNI bertanggung jawab atas kerawanan laut Indonesia dari ancaman dari luar dan dalam.

Salah satu contoh ancaman adalah, perampokan bersenjata dan penculikan di wilayah perairan Filipina Selatan yaitu sekitar Laut Sulu oleh kelompok Abu Sayyaf.

"Kerawanan di laut sebagai negara kepulauan. Indonesia bertanggungjawab atas keselamatan dan keamanan di wilayah laut yang menjadi yurisdiksinya termasuk pada laut-laut bebas yang berbatasan langsung dengan wilayah tersebut," tutup dia.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement