Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Presiden Jokowi Suka Nyindir, Nomor 5 Dalem Banget

Odia Rogata , Jurnalis-Kamis, 21 Desember 2017 |17:03 WIB
Presiden Jokowi Suka <i>Nyindir</i>, Nomor 5 <i>Dalem Banget</i>
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. (Foto: Reuters)
A
A
A

 

JAKARTA- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikenal sebagai sosok ramah dan sederhana. Sering kali ia mengeluarkan kalimat guyonan yang membuat masyarakat tertawa.

Di balik kalimat guyonan tersebut, tak jarang ada kata-katanya yang dapat diartikan sebagai “sindiran” baik itu kiasan maupun dengan arti sebenarnya. Hal itu juga membuat penasaran masyarakat dan menebak-nebak apa yang dimaksud oleh Kepala Negara Indonesia itu.

Apa saja sindiran yang telah dilontarkan orang nomor satu di Indonesia? Berikut 6 hal yang dikatakan Presiden Jokowi ditujukan kepada anggota pemerintahan ataupun lembaga yang menjadi korban sindirannya.

1. Ada “Kubu” di Golkar

Presiden Joko Widodo sempat mengungkapkan rahasia umum mengenai Partai Golongan Karya (Golkar) saat membuka Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) partai berlambang pohon beringin itu yang di gelar di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin 18 Desember 2017.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, ada “kubu-kubuan” yang kerap mempengaruhi keputusan politik di partai Golkar.

"Yang saya tahu, ada grup-grup besar di Golkar. Grupnya Pak JK (Jusuf Kalla), ada. Grup besar dari Pak Aburizal Bakrie, ada. Pak Luhut (Binsar Pandjaitan), ada. Diam-diam, tapi ada. Grup besar Pak Akbar Tandjung, ada, semua tahu. Ada juga grup besar Pak Agung Laksono. Dan grup besar lainnya," ucapnya.

Presiden Jokowi Buka Munaslub Partai Golkar

Presiden Joko Widodo saat membuka Munaslub Partai Golkar, 18 Desember 2017. (Foto: dok. Okezone)

Jokowi mengingatkan, banyaknya “kubu” tersebut jangan sampai membuat perbedaan pendapat yang mempengaruhi kesolidan partai mengingat sudah mendekati Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

“Harus ingat sebentar lagi tahun politik, soliditas Golkar dibutuhkan. Bila Golkar bermasalah, biasanya berdampak pada politik nasional,” sindir Jokowi.

Menanggapi “sindiran” itu, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) menganggap hal biasa bila terdapat kubu-kubu di Partai Golkar. Ia menampik bila kubu-kubu ini saling bertikai. Ical juga menganggap perbedaan pendapat dan pandangan merupakan bukti demokrasi di partai berlambang pohon beringin itu berjalan.

2. Sentil Setya Novanto

Setya Novanto yang kini berstatus tersangka kasus e-KTP sempat menjadi korban “sindiran” Presiden Jokowi.

Jokowi mengatakan bahwa ia memiliki prinsip, yakni menyerahkan semua persoalan hukum kepada peraturan yang berlaku.

“Buka undang-undangnya, aturan mainnya seperti apa, di situlah diikuti," komentar Jokowi lewat keterangan pers yang disampaikan Biro Pers Media Istana Kepresidenan usai membuka Kongres ke-20 Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Manado, Rabu 15 November 2017.

Di hari yang sama, Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu sempat menghilang dari publik setelah penyidik KPK menyambangi rumahnya untuk menjemput setelah beberapa kali mangkir dari pemeriksaan.

Setya Novanto tak pernah bersedia diperiksa KPK dengan alasan dirinya sebagai pemimpin parlemen, untuk pemeriksaan harus ada izin Presiden. Namun, KPK menegaskan bahwa aturan itu tak berlaku untuk tersangka kasus korupsi.

Jokowi juga menegaskan bahwa dirinya tak akan mengintervensi kasus hukum Setya Novanto yang kini jadi tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK dinilai lembaga independen yang tak bisa dicampuri.

Hal itu ditegaskan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Sapta Prabowo. "Presiden tidak ikut campur. Sekarang ini sudah wilayah hukum‎," kata Johan Budi di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis 16 November 2017.

Dia enggan mengomentari soal menghilangnya Ketua Umum Partai Golkar itu saat hendak dijemput paksa penyidik lembaga antirasuh malam itu. Selain itu, ia juga enggan menanggapi apakah nantinya kasus tersebut akan menganggu kemitraan antara pemerintah dengan DPR.

3. Membalas “Sindiran”

Tidak hanya mengeluarkan kata “sindiran”, Jokowi juga menanggapi sindiran untuknya dengan sindiran pula. Seperti pada saat Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) menggelar Mukernas yang pertama di di Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat 5 Mei 2017 yang juga dihadiri olehnya.

Jokowi membalas sindiran Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj saat giliran sambutannya tiba yang menyampaikan kemitraan dan redistribusi aset. Ia berjanji akan mempertemukan pengusaha NU dengan konglomerat agar kemitraan terbentuk.

“Kalau enggak konkret-konkret seperti ini nanti disentil lagi sama Pak Kiai," kata Jokowi. Ia pun mengatakan bahwa dengan paket-paket itu akan lebih konkret dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Presiden Jokowi Buka Mukernas Himpunan Pengusaha Nahdliyin

Foto: dok. Antara

Sebelumnya, pada pidatonya, Said Aqil Siroj menyindir program ekonomi dari Presiden Joko Widodo dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hanya di tataran atas (pengusaha kalangan atas), belum menyambung ke bawah (pengusaha kalangan bawah).

4. Banyaknya Aturan yang Menjadi Penghambat Kinerja Pemerintah

Presiden Jokowi menyinggung banyaknya aturan yang diterbitkan pada tingkat pemerintah pusat hingga pemerintah daerah termasuk inefisiensi penggunaan anggaran yang kerap kali menjadi penghambat kinerja bagi pegawai dalam lingkungan pemerintahan.

Hal ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di hadapan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution di Istana Negara dalam rapat kerja nasional akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah tahun 2017.

Jokowi sebelumnya telah meminta kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menyederhanakan prosedur dan aturan yang ada melalui revisi aturan. Salah satunya adalah prosedur pada penyampaian laporan pertanggungjawaban (LPJ).

Sebab, pertanggungjawaban yang biasanya harus dilaporkan dapat mencapai lebih dari 100 judul. Jokowi pun begitu memahami banyaknya LPJ mengingat pengalamannya yang pernah menjabat sebagai Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta.

"Coba, laporan itu untuk apa sih laporan sampai 44 laporan, ada yang 14 jenis laporan, belum anaknya, ini laporan induknya beranak," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis 14 September 2017.

Mantan Walikota Solo ini menilai bahwa LPJ menjadi suatu hal yang 'ruwet'. Untuk itu, dibutuhkan laporan yang sederhana dengan syarat mudah dipahami, diperiksa, dan dikontrol agar tidak menghambat kinerja pemerintah.

5. Banyak Lulusan IPB Bekerja Tidak Sesuai Bidang

Presiden Jokowi juga sempat menyindir alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) di sela-sela orasi ilimiahnya dalam sidang terbuka Dies Natalis ke-54 IPB itu di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dermaga, Bogor, Jawa Barat, Rabu 6 September 2017.

Ia mengatakan bahwa banyak alumni IPB yang bekerja di perusahaan bidang keuangan seperti bank dibandingkan bidang pertanian. Informasi itu didapat langsung Presiden Jokowi setelah mengecek jajaran direksi perusahaan perbankan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Maaf Pak Rektor. Tapi mahasiswa IPB banyak yang kerja di bank. Saya cek direksi-direksi perbankan BUMN itu yang banyak dari IPB. Manajer juga yang banyak berasal dari IPB," ucap Jokowi. Pernyataan itu pun disambut tepuk tangan mahasiswa IPB.

Orasi Ilmiah Presiden Jokowi dalam Rangka Dies Natalis IPB ke-54

Presiden Joko Widodo memberikan orasi ilmiah di Dies Natalis IPB ke-54. (Foto: Antara)

Mantan Walikota Solo itu berharap seluruh alumni IPB dapat bekerja sesuai keahliannya. Menurutnya, mahasiswa IPB merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki pemikiran-pemikiran modern dan siap terjun ke lapangan guna memajukan industri di bidang pertanian.

6. Sindir Cak Imin di Depan Ribuan Ulama

Presiden Joko Widodo menyampaikan sindiran saat pidato dalam acara Silaturahmi Nasional Ulama Rakyat yang bertajuk ‘Doa Keselamatan untuk Bangsa’ kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Sebelumnya, Cak Imin, demikian sang tokoh  biasa disapa, sempat mempertanyakan kapan pemerintah membahagiakan rakyatnya di Econvention, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu 12 November 2016.

Saat itu, Jokowi mengaku bahwa dirinya merasa tersinggung dengan pernyataan Muhaimin. “Tadi kan (Cak Imin) nanya, kapan senangnya. Saya kalau sudah disinggung seperti itu saya juga punya perasaan kok," terang Jokowi disambut riuh tawa ulama yang hadir.

Lebih lanjut, Jokowi mengaku senang apabila dalam menjalankan amanah ada berbagai pihak yang mengingatkannya.

"Kalau ada yang perlu dibisikkan, dibisikkan saja. Kalau sama Cak Imin nanti ngobrol empat mata sajalah, tidak usah ungkap di sini. Nanti ribuan jamaah yang hadir tahu," tukas Jokowi sambil terkekeh. (rfa)

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement