WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengalami shutdown pada Kamis tengah malam, 8 Februari waktu setempat setelah Kongres gagal memenuhi tenggat waktu untuk menyetujui anggaran baru. Ini adalah shutdown kedua yang dialami Pemerintahan Presiden Donald Trump pada tahun ini.
Senat AS pada akhirnya berhasil menyetujui kesepakatan anggaran termasuk anggaran darurat pemerintah pada Jumat dini hari. Namun, kesepakatan itu terlambat untuk mencegah shutdown federal yang sudah berjalan.
BACA JUGA: Dampak Tutupnya Pemerintahan AS, Sebagian Besar Staf Gedung Putih Dirumahkan Sementara
Kantor Manajemen Personel AS menayarankan jutaan pegawai federal untuk menanyakan ke kantor mereka mengenai apakah perlu mereka pergi bekerja pada Jumat. Meski shutdown telah resmi terjadi, kantor pemerintah memiliki opsi memanggil pegawai mereka untuk bekerja setengah hari agar shutdown dapat dilewati dengan lancar.
Reuters, Jumat (9/2/2018) melaporkan, alasan terlewatnya batas waktu kesepakatan anggaran adalah pidato sembilan jam yang disampaikan Senator Kentucky, Rand Paul. Senator dari Partai Republik itu menolak adanya defisit dalam rancangan anggaran pengeluaran.
Shutdown bisa berlangsung singkat jika parlemen AS bisa mengambil tindakan sebelum fajar waktu setempat, dan menyetujui paket dari Senat. Jika itu dilakukan, maka praktis tidak akan ada gangguan yang berdampak pada kinerja kantor pemerintah federal.
Namun, jika hal itu tidak dapat dilakukan, maka akan terjadi shutdown sesungguhnya seperti yang terjadi selama tiga hari pada Januari 2018.
BACA JUGA: Pemerintahan AS Telah Tutup 18 Kali Sepanjang Sejarah
Dalam rancangan anggaran tersebut, anggaran pengeluaran militer dan domestik naik mencapai hampir USD300 miliar dalam dua tahun mendatang. Dengan tidak adanya anggaran pengganti dari pemotongan pengeluaran lain mau pun pendapatan pajak, pengeluaran tambahan itu akan dibiayai oleh dana pinjaman atau utang.
(Rahman Asmardika)