BOGOR - Sebagai Ibukota, Jakarta tentu mempunyai beberapa patung yang menjadi ikon bagi Kota Jakarta. Ada beberapa patung yang menjadi ikon bagi kota Jakarta seperti Patung Diponegoro, Patung Arjuna Wijaya, Patung Jenderal Sudirman, Patung Pemuda Membangun, Patung Selamat Datang Bundaran HI, Patung Tani dan Patung Pancoran.
Kali ini, Okezone berkesempatan untuk mengulas secara singkat baik dari segi sejarah pembangunan maupun makna atau arti pembuatan patung-patung tersebut dengan tema '7 Patung Ikonik di Jakarta'.
1. Patung Diponegoro
Taman Patung Diponegoro sebelumnya terkenal dengan patung Kartini, karena di atas taman tersebut berdiri Patung seorang ibu yang diidentikan dengan Ibu Kartini, yang kini ditempatkan di Taman Medan Merdeka. Patung Diponegoro dibangun atas prakarsa dan sumbangan PT. Ciputra Group yang dibuat oleh pematung Munir Pamuntjak.
(foto: Okezone)
Taman tempat berdirinya Patung Diponegoro, sebenarnya merupakan pulau jalan yang berfungsi sebagai pembagi sirkulasi. Taman ini tepatnya berada di depan Gedung Bappenas, sehingga dikenal pula dengan taman Bappenas.
Taman dengan luas 2.736 m2, saat ini dipenuhi dengan komposisi tanaman semak berdaun indah. Jenis tanaman semak yang mendominasi adalah Ubi jalar dengan daunnya yang berwarna hijau cerah menjadi aksentuasi visual bagi pengendara kendaraan bermotor disekitar taman tersebut.
Patung yang berdiri di hamparan bunga-bunga rambat yang didominasi warna hijau dan jingga dibagian pinggir. Dari kejauhan tampak jelas patung yang menggambarkan Pangeran Diponegoro sedang menunggangi seekor kuda. Terletak dipertemuan Jalan Diponegoro dengan Jalan Imam Bonjol. Diapit dua objek yaitu Gedung Bappenas dan Taman Suropati. Patung yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 6 Desember 2005 ini ditaksir memakan biaya hingga Rp 10 miliar.
2. Patung Arjuna Wijaya
Patung Arjuna Wijaya atau juga disebut Patung Arjuna Wiwaha atau Patung Asta Brata adalah monumen berbentuk patung kereta kuda dengan air mancur yang terbuat dari tembaga. Perancang Patung Arjuna Wijaya adalah maestro pematung Indonesia asal Tabanan, Bali, Nyoman Nuarta. Patung ini dibangun sekitar tahun 1987, seusai lawatan kenegaraan Presiden Indonesia Soeharto dari Turki. Proses pembuatan Patung Arjuna Wijaya dikerjakan oleh sekitar 40 orang seniman dan pengerjaannya dilakukan di Bandung, Jawa Barat.
(foto: Okezone)
Patung Arjuna Wijaya menggambarkan sebuah adegan dalam kisah klasik Mahabharata, di mana dua tokoh dari kubu Pandawa, yaitu Arjuna yang menggenggam busur panah dan Batara Kresna yang menjadi sais sedang menaiki kereta perang berkepala garuda yang ditarik delapan ekor kuda yang melambangkan delapan filsafat kepemimpinan 'Asta Brata'. Keduanya digambarkan sedang berada dalam situasi pertempuran melawan Adipati Karna yang berasal dari kubu Kurawa.
Menurut Nyoman Nuarta, patung Arjuna Wijaya membutuhkan biaya sekitar 290 hingga 300 juta rupiah dalam penyesuaian harga tahun 1987. Patung ini direnovasi pada awal Oktober 2014 dan diresmikan kembali oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 11 Januari 2015, didampingi Nyoman Nuarta dan jajaran direksi BanK OCBC selaku pihak yang melakukan renovasi. Patung mengalami penambahan bayangan gerak kuda, perbaikan instalasi air mancur, dan tempat untuk berpose di bagian depan patung.
3. Patung Jenderal Sudirman
Patung Jenderal Sudirman di ibukota Indonesia ada di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Patung dibuat dari perunggu oleh Edi Sunaryo, seniman dari Bandung. Tinggi karyanya itu mencapai sekitar 12 meter, di mana patung intinya 6,5 meter dan penyangga 5,5 meter.
(foto: Istimewa)
Patung panglima besar tersebut dibuat dengan pose berdiri tegak sambil menghormat. Pose ini sempat menjadi kontroversi, namun akhirnya patung tetap diresmikan tahun 2003. Menurut cucu sang jenderal yang bernama Ganang Soedirman, patung berbentuk seperti itu karena Jenderal Sudirman ingin menghormat kepada rakyat, beliau tidak mau dihormati.
Sejak diresmikan hingga sekarang, patung sang jenderal masih berdiri tegak di tengah Jalan Sudirman. Kalau traveler ingin memotret patung bisa dari tepi jalan ataupun jembatan penyeberangan yang ada di dekatnya. Ditaksir, pembuatan ini patung ini mencapai Rp 6,6 miliar.
4. Patung Pemuda Membangun
Patung yang terletak di bunderan Senayan, Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Sisingamangaraja, tempat strategis sebagai titik temu antara Senayan sebagai pintu gerbang Jakarta Pusat dengan area Jakarta Selatan ini, dibuat sebagai penghargaan untuk para pemuda dan pemudi dalam keikut sertaannya pada pembangunan Indonesia.
(foto: Okezone)
Dilambangkan dengan seorang pemuda gagah dan kuat yang sedang menjunjung obor berupa piring berapi yang tak pernah padam, mengandung filosofi semangat pembangunan yang tak pernah mati. Ketika itu mulai dicanangkan Pelita (Pembangunan Lima Tahun) I.
Tujuan yang ingin dicapai dengan manifestasi patung ini adalah untuk mendorong semangat membangun yang pada hakekatnya harus dilakukan oleh para pemuda atau orang-orang yang berjiwa muda. Maka patung ini diberi nama Patung Pemuda Membangun. Seluruh pendanaan pembuatan patung disandang oleh perusahaan minyak yang saat ini bernama Pertamina. Ketika itu pimpinan tertingginya, Ibnu Sutowo, ikut memegang peranan.
Patung ini terbuat dari beton bertulang yang dilapisi oleh teraso, mulai dibangun pada bulan Juli 1971 oleh tim yang tergabung dalam ISA (Insinyur, Seniman dan Arsitek) dengan Imam Supardi sebagai pimpinan tim dan Munir Pamuncak sebagai penanggungjawab pelaksana, direncanakan untuk diremikan pada Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1971, tetapi karena pembangunan belum selesai maka diresmikan pada bulan Maret 1972.

5. Patung Selamat Datang Bundaran HI
Patung Selamat Datang atau dikenal juga Monumen Selamat Datang ini didirikan pada tahun 17 Agustus 1961 dan selesai pada tahun 1962. Patung yang terkenal dengan bentuk sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan ke arah jalan dari Monumen Nasional (Monas). Patung Selamat Datang ini dibangun untuk menyambut tamu - tamu kenegaraan dalam rangka Asian Games IV yang diselenggarakan di Jakarta.
Tugu yang mempunyai tinggi penyangga 10 meter dan tinggi patung sekitar 7 meter ini dirancang oleh Henk Ngantung yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Patung Selamat Datang ini. Dengan bentuk sepasang manusia yang sedang menggegam bunga dan melambaikan tangan ini mempunyai makna untuk menyambut semua orang yang datang ke Kota Jakarta. Pada saat itu, tempat ini menjadi pintu masuk atau pintu gerbang Kota Jakarta.
(foto: Okezone)
Mengapa arah Patung Selamat Datang tersebut ke arah utara? Karena pada saat itu untuk menyambut tamu kenegaraan Asian Games IV dan siapapun yang datang dari arah Monumen Nasional (Monas). Juga, arah utara bermakna ke arah Kota (utara) karena pada saat itu menunjukkan daerah kota sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan pendatang dari pelabuhan pada saat itu.
Monumen Selamat Datang Jakarta ini menjadi patung kebanggaan dan telah menjadi ikon atau trademark dari Kota Jakarta hingga saat ini.
6. Patung Tani
Patung ini terletak di daerah Gambir, tepatnya di pertemuan Jalan Prapatan - Jalan Arif Rahman Hakim - Jalan Wahid Hasyim - Jalan Ikhw. Ridwan Rais dan Jalan Kebon Sirih. Patung yang dibuat sebagai bentuk penghargaan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia ini dilambangkan oleh seorang laki-laki yang memakai caping (topi pak tani) menyandang senapan dan sedang meminta restu pada wanita yang ada disisinya untuk maju ke medan perang.
Patung ini resminya bernama Patung Pahlawan, namun karena topi capingnya itulah, maka orang-orang biasa menyebut patung ini dengan sebutan Patung Pak Tani.
(foto: Okezone)
Ide patung ini dimulai saat presiden Soekarno melakukan perjalanan ke kota Moskow dan beliau terkesan dengan patung-patung yang ada disana. Saat itu presiden Russia mengenalkan presiden Soekarno ke salah satu seniman yang bernama Matvei Manizer dan anaknya Otto Manizer.
Mereka pun kemudian diundang ke Indonesia untuk membuat patung yang melambangkan semangat kemerdekaan. Disinilah kedua pematung itu berkelana dan menemukan legenda Jawa Barat yang berkisah tentang seorang Ibu yang mengiringi anaknya untuk pergi berperang. Sang Ibu memberikan semangat supaya sang anak memenangkan setiap peperangan dan selalu ingat dengan orang tua dan negaranya.
Patung perunggu ini dibuat di Rusia dan dibawa ke Indonesia dengan menggunakan kapal laut, dan kemudian diresmikan pada tahun 1963 oleh Presiden Soekarno. Pada papan di monumennya tertulis 'Bangsa yang menghargai pahlawannya adalah bangsa yang besar'.
7. Patung Dirgantara Pancoran
Monumen bersejarah yang terletak di Pancoran Jakarta Selatan ini dibuat pada akhir kepemimpinan Presiden Soekarno, dan kabarnya untuk menyelesaikan proyek pembuatan patung ini, Presiden Soekarno sampai rela menjual mobil pribadinya. Letaknya diperempatan Jalan Letjen Haryono MT - Jalan Jenderal Gatot Subroto - Jalan Prof. DR. Supomo dan Jalan Pasar Minggu Raya.
Patung Pancoran berbentuk patung manusia yang kuat dan berani terbang menjelajah angkasa, menghadap ke Utara dengan tangannya seakan menunjuk ke arah bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran. Presiden Soekarno ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dilindungi oleh angkatan udara yang kuat dan dilayani oleh transportasi udara yang solid sebagai sarana perpindahan manusia.
(foto: Okezone)
Patung ini dirancang oleh Edhi Sunarso sekitar tahun 1964-1965. Sedangkan proses pengecorannya dilaksanakan oleh Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono, dalam pengerjaannya diawasi langsung oleh Presiden Soekarno sendiri.
Berat patung yang terbuat dari perunggu ini mencapai 11 Ton. Sementara tinggi patung itu sendiri adalah 11 Meter, dan kaki patung berbentuk lengkungan dari beton setinggi 27 Meter. Proses pembangunannya dilakukan oleh PN Hutama Karya dengan Ir. Sutami sebagai arsitek pelaksana. Pengerjaannya sempat mengalami keterlambatan karena peristiwa G30S/PKI.
(Fiddy Anggriawan )