Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mungkinkah Indonesia Menyatukan Zona Waktu yang Sekarang Terbagi Tiga?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Senin, 12 November 2018 |08:14 WIB
Mungkinkah Indonesia Menyatukan Zona Waktu yang Sekarang Terbagi Tiga?
(UK Parliament)
A
A
A

GAGASAN untuk menyatukan tiga zona waktu Indonesia kembali disuarakan, dengan argumentasi utama untuk efisiensi dan mendorong ekonomi kawasan timur.

Sejauh ini Indonesia terbagi dalam tiga zona waktu, Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT), dengan WIT yang paling awal. Gagasan menyatukannya setidaknya sudah diungkapkan sejak 2005, antara lain oleh Indonesian Marketing Association (IMA).

"Kita bayangkan kalau dari 10 tahun lalu kita sudah menerapkan seperti ini (satu zona waktu), berapa banyak keuntungan yang kita peroleh untuk jadi satu kawasan yang terintegrasi dan lebih produktif," kata YW Junardy, salah satu juru kampanye gerakan ini, kepada wartawan Julia Alazka yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Junardy mengungkapkan, dari 2005 hingga 2013, IMA melakukan kajian dan menyosialisasikan wacana tersebut, termasuk ke pihak pemerintah. Ia yakin, penyatuan zona waktu akan berdampak positif pada upaya peningkatan daya saing secara ekonomi, dan mendorong Indonesia menjadi negara modern yang efisien.

Gerakan ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan, khususnya para peserta 'Sumpah Milenial 4.0' di Bandung beberapa waktu lalu. yang datang dari 34 provinsi di Indonesia.

Dengan memakai pakaian adat daerahnya masing-masing, mereka mendeklarasikan Indonesia Satu Zona Waktu, antara lain, "Indonesia sebagai sebuah negara besar dari Sabang sampai Merauke mesti menjadi sebuah negara yang merata kemajuannya dan memiliki satu zona waktu."

(EPA)

Paskalis Kaipman, seorang anak muda dari Papua menyatakan, penerapan tiga zona waktu sekarang ini menyebabkan warga dari Indonesia Timur sulit bersaing dengan Indonesia Barat, bahkan dengan negara tetangga.

Pemuda 29 tahun ini mengaku mengalami kesulitan, baik sebagai karyawan maupun sebagai mahasiswa, saat harus berkomunikasi dengan wilayah Indonesia Barat.

"Untuk kami sebagai mahasiswa, kendalanya di zaman pembelajaran sistem teknologi, misalnya kita mau ambil online course dengan projek yang ada atau tugas-tugas di kampus yang ada kerja sama," ujar Paskalis yang berasal dari Suku Muyu, Boven Digoel, Papua ini.

"Misalnya kemarin dari Universitas Musamus Merauke dengan Universitas Negeri Yogyakarta, ketika online itu sangat susah, kita di sana (di Papua) sudah jam istirahat, kok di sini baru mulai, sangat susah untuk kita adaptasi dan penyesuaiannya itu."

Tak heran kalau Paskalis sangat bersemangat untuk mengampanyekan penyatuan satu zona waktu di Indonesia.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement