Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mungkinkah Indonesia Menyatukan Zona Waktu yang Sekarang Terbagi Tiga?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Senin, 12 November 2018 |08:14 WIB
Mungkinkah Indonesia Menyatukan Zona Waktu yang Sekarang Terbagi Tiga?
(UK Parliament)
A
A
A

Jadi Waktu Mana?

Waktu mana yang dipilih jika tiga zona waktu itu disatukan?

Dengan satu zona waktu, Imam membayangkan, yang dijadikan panduan adalah waktu Indonesia Tengah.

"Ini adalah waktu yang memungkinkan Indonesia di bagian Barat, Tengah, dan Timur itu bisa terkoneksi di dalam hubungan-hubungan sosial, bisnis, dan hubungan birokrasi," ujar dia.

Ilustrasi

Sementara dari sisi politik dan hukum, pakar hukum, Muradi, menuturkan penerapan satu zona waktu akan berdampak positif pada tata kelola pemerintahan, keamanan nasional, integritas nasional. Meskipun, Muradi mengakui butuh waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk berproses.

Dari sisi tata kelola pemerintahan, lanjut dia, akan lebih efektif dan efisen karena birokrasi berjalan dalam waktu yang sama.

"Misalkan Surat Keputusan Pelantikan Sekda di Papua ditandatangani jam 3 di Barat, kalau di Papua sudah jam 5, kantor sudah tutup. Kalau satu zona waktu, jam 3 ditandatangani, di sana juga jam 3. Jadi ada efisiensi waktu untuk efektivitas sebagai tata kelola pemerintahan yang baik. Itu poin pentingnya," tegasnya.

"Untuk tata kelola pemerintahan ini akan efektif, orang masuk kerjanya sama, pulang dalam waktu yang sama, ini memberikan added value buat pelayan publik ke depan," ujarnya.

Bagaimana Reaksi Pemerintah?

Penyatuan zona waktu akan merupakan hal yang pelik, namun bukan tidak mungkin, kata Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan, Richard Erlangga.

Disebutkannya pemerintah dalam waktu dekat akan melakukan kajian bersama dengan sejumlah pihak. Bahkan Kepala Staf Presiden Moeldoko telah menunjuk satu orang deputi yang khusus mengkaji berbagai dampak dari penerapan satu zona waktu, katanya.

"Diharapkan di pemerintahan berikutnya, ini bisa kita deklarasikan bersama, akan disusun bersama langkah teknis, sosialisasi yang memang cukup ekstrem dan bisa berdampak lebih cepat sehingga tidak terjadi perubahan sosial yang merugikan," kata Richard Erlangga.

Bagaimana Reaksi Masyarakat?

Tak semua orang setuju dengan gagasan penyatuan zona waktu di Indonesia. Warga Jawa Barat, Tjahjo Juwono, menyatakan perubahan zona waktu justru tidak efisien.

"Di sini (Barat) kan biasanya istirahat dan salat jam 12-13 WIB. Kalau kita ikut satu zona waktu, berarti kita istirahat jam 12 WITA pada rentang yang biasanya adalah jam 11-12 WIB. Nanti waktu salatnya malah jadi jam 13 pada saat waktu istirahat sudah habis. Jadi jam istirahat pegawai malah jadi tambah panjang. Tidak efisien," katanya.

"Jadi aktivitas manusia itu tetap cocoknya disesuaikan dengan waktu edar matahari setempat, seperti penetapan waktu salat," kata pria yang banyak menghabiskan waktu berkeliling Indonesia ini.

Jessica Taylor/UK Parliament

Ucapan senada juga disampaikan Dicky Subrata. Karyawan swasta ini merasa masyarakat akan kesulitan beradaptasi jika zona satu waktu diterapkan. Menurutnya, masyarakat justru akan jadi bingung.

"Perputaran bumi terhadap mataharinya berbeda. Jadi saat kita masih gelap, di tengah sudah mulai merebak cahaya, di Timur sudah terang. Wacana ini membingungkan. Sudahlah Sumpah Pemuda ini yang bersatu negaranya, jamnya enggak perlu," kata Dicky.

Pendapat yang sedikit berbeda diungkapkan warga Bandung, Sonny Kusuma. "Tidak masalah. Jika itu sudah diterapkan, masyarakat akan mudah beradaptasi," katanya.

"Kita mudah saja menyesuaikan. Toh juga enggak ada yang complain kalau orangtua Indonesia siang-siang telepon anaknya di Amerika tapi masih pada tidur," ujar Sonny.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement