KOTA MALANG - Hari ini sudah malam, namun geliat ekonomi di pasar satu ini justru mulai menggeliat. Ya Rombeng malam alias Pasar Roma demikian orang Malang menyebutnya.
Berada di sepanjang Jalan Gatot Subroto, salah satu jalan provinsi bagi pengendara menuju Kepanjen dan Blitar, pasar ini memang tak pernah sepi setiap malam harinya. Ratusan orang berjualan di sepanjang trotoar jalan di depan ruko yang sudah tutup saat malam tiba.
Pasar Rombeng Malam atau Roma, memang tak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan Kota Malang dari zaman ke zaman.
Penggagas Pasar Roma, Rosidi menceritakan pasar ini memang sudah ada sejak era tahun 1980-an. Saat itu menurut Rosidi, baru 6 hingga 7 orang yang mulai merintis berjualan di lokasi.

"Memang awal mula kami dan teman - teman yang mencetuskan di tahun 1980-an. Saat itu pertama ada 6 hingga 7 penjual saja," ujar Penggagas Pasar Roma, Rosidi.
Ia menceritakan awal mula Pasar Roma digagas lantaran krisis ekonomi yang mendera Indonesia sekitar sehingga ia bersama warga Jodipan memulai usaha kecil - kecilan apa adanya.
"Namun seiring waktu berkembang pesat perputaran ekonomi dan banyak pedagang datang ke situ," jelas pria yang kini menjadi Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Jodipan ini.
Saat ini setidaknya 390 pedagang menggantungkan nasib dari berjualan di sepanjang trotoar Jalan Gatot Subroto di malam hari ini.
"Ya jumlahnya sekitar 398 di dua sisinya baik di kelurahan Jodipannya maupun kelurahan Sukoharjo," jelas Rosid kembali.

Pergerakan perekonomian Pasar Malam diakui oleh para pedagang, Muhammad Doli salah satunya. Pedagang sepatu ini membenarkan berkah dari pasar yang dibuka hanya pada malam hari ini.
"Ramai memang, kami sudah 30 tahun berjualan sepatu," ungkap Doli warga Malang.
Menurut Doli, ia hampir setiap hari berjualan tanpa libur di lokasi lapak dagangannya semi permanen di depan ruko milik warga.

"Setiap hari tidak ada liburnya. Jarang libur kecuali ada perlu penting," lanjutnya.
Ya perkembangan Pasar Roma kian pesat setelah tiga kampung wisata muncul di sekitar lokasi yakni kampung warna - warni, kampung tridi, dan kampung biru Arema.
"Kita akui adanya kampung wisata itu berdampak positif ke perekonomian warga. Mereka bisa berwirausaha mengandalkan kampung wisata itu," terang Meidy Hazran.
Salah seorang pembeli Muhammad Habib mengakui harga barang di Pasar Roma cukup miring meski tak semuanya bekas. "Beberapa harga barang baru juga dijual murah. Pilihannya banyak mulai dari sepatu, kaos, tas, hingga handphone ada," ungkap pria alumnus Universitas Negeri Malang ini.
Habib pun mengungkapkan kerap membeli sejumlah barang - barang dari Pasar Rombeng Malam Kota Malang.
"Biasanya beli jaket dan sepatu yang memang murah dibandingkan di toko - toko pada umumnya," ungkapnya.

Menariknya ada sebutan lain dari Pasar Roma yakni Pasar Maling. Sebutan itu erat dikaitkan dengan dugaan beberapa barang yang dijual merupakan hasil kejahatan.
Namun hal tersebut dibantah oleh Rosid yang menyatakan dahulu memang di lokasi kerap terjadi pencurian ke barang dagangan. "Kalau masalah pasar maling itu hanya sekedar cap saja, ada anggapan kalau barang bekas itu hasil kejahatan," lanjutnya.
Ia menjelaskan konotasi Pasar Maling itu, dimana dahulu pengunjung pasar kerap kali kecopetan dan hasil mencopetnya langsung dijual di lokasi.
"Kita lakukan pembinaan bagi pencopet yang putus sekolah. Kalau dia pengangguran ya kita masukkan ke penjara," jawab pria berusia 50 tahun ini.

Lurah Jodipan Meidy Hazran pun membenarkan bila wilayah Kelurahan Jodipan awalnya merupakan basis orang - orang 'nakal'.
"Kita akui dulu mungkin banyak yang mabuk, judi, pengangguran, pokoknya segala macam orang nakal ada di Jodipan," jelas Meidy kepada Okezone.
Namun itu mulai terkikis pasca adanya kampung - kampung wisata Warna - Warni dan Kampung Tridi di Jodipan, yang lokasinya tak jauh dari Pasar Roma.
"Dulu pernah ada copet dan maling itu. Tapi sekarang adanya kampung warna - warni semuanya berubah, warganya jadi ramah, kalau dulu mungkin ada orang baru yang masuk saja sudah saling curiga," terang Meidy.

Sosiolog Universitas Brawijaya Ucca Arawindha mengakui Pasar Rombeng Malam alias Roma menjadi fenomena di kota - kota besar lainnya di Indonesia.
"Di Malang itu kan banyak pendatang karena ada banyak lembaga pendidikan yang menawarkan beragam jenis pekerjaan yang kemudian memunculkan tingkat permintaan pasar yang tinggi. Itu fenomena yang wajar," tuturnya.
(Khafid Mardiyansyah)