MOSKOW - Ukraina meminta digelarnya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB sekaligus menyerukan penjatuhan sanksi internasional terhadap Moskow setelah Rusia melepaskan tembakan serta menahan tiga kapal mereka di perairan Semenanjung Krimea.
Dikutip dari BBC Indonesia, Senin (26/11/2018), insiden bermula ketika dua kapal artileri Ukraina, Berdyansk dan Nikopol, serta kapal tunda Yana Kapa tengah berlayar dari Pelabuhan Odessa di Laut Hitam ke Mariupol (Perairan Azov).
Ukraina mengklaim pihak Rusia mencoba menghadang tiga kapal itu dan menabrak kapal tunda. Ketiga kapal itu melanjutkan pelayaran ke arah Selat Kerch, namun dihadang kapal tanker. Enam awak kapal dilaporkan mengalami luka-luka.
Rusia lalu mengutus dua kapal tempur dan dua helikopter ke area tersebut. Kapal-kapal Ukraina dituduh memasuki perairan Rusia secara ilegal dan lalu lintas di perairan itu dihentikan untuk sementara karena alasan keamanan.
Badan Keamanan Rusia mengonfirmasi salah satu kapal patrolinya menggunakan kekerasan untuk menahan tiga kapal Ukraina, seraya mengklaim bahwa hanya tiga awak kapal yang cedera.
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, langsung mengadakan pertemuan darurat dengan "kabinet perangnya" untuk menanggapi insiden ini. Uni Eropa meminta Rusia mengembalikan kebebasan bergerak di Selat Kerch dan mendesak semua pihak menahan diri.
Sementara itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mendukung kedaulatan Ukraina dan kesatuan wilayahnya secara penuh, termasuk hak bernavigasi di wilayah teritorialnya. NATO juga mengatakan Rusia harus memastikan akses tak terhalang ke pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Azov.