SEKJEN PBB memperingatkan para perunding pada pertemuan perubahan iklim di Polandia bahwa kegagalan meningkatkan upaya perubahan iklim akan "bukan hanya tak bermoral tetapi juga tindakan bunuh diri" bagi planet ini.
Antonio Guterres mencoba mendorong COP24 berhasil membuat kesimpulan.
Pada pembicaraan PBB itu, sekelompok negara mengatakan mereka akan meningkatkan rencana iklim mereka sebelum 2020.
Uni Eropa dan lainnya mengatakan mereka merespon urgensi dari sains.
Beberapa pengamat yakin bahwa kembalinya Guterres setelah meninggalkan pembicaraan-pembicaraan ini adalah tanda bahwa tidak ada kemajuan signifikan yang dibuat.
Dalam pidatonya di konferensi, ia menggarisbawahi fakta itu, memohon para delegasi untuk mempercepat laju negosiasi dan terbuka untuk berkompromi.
Dia mengatakan bahwa isu-isu politik utama di Polandia masih belum terpecahkan.
"Membuang-buang kesempatan ini akan membahayakan usaha terakhir kita untuk menghentikan perubahan iklim," kata Guterres. "Itu bukan hanya tak bermoral, tetapi juga tindakan bunuh diri."
Yang mengkhawatirkan banyak delegasi dan pengamat yang hadir, adalah rumitnya usaha mencapai pakta Paris.
Ada ketakutan di antara beberapa delegasi bahwa para menteri yang hadir yang akan membuat keputusan politik final mengenai isu-isu yang ada bisa jadi hanya menyederhanakan situasi.
Antonio Guterres (Sopa Images)
Masih ada pertanyaan yang belum terjawab tentang bagaimana memiliki seperangkat aturan untuk setiap negara yang cukup fleksibel untuk tidak membanjiri negara-negara miskin dengan peraturan yang terlalu keras atau kaku.
Meningkatkan ambisi
Serta buku aturan yang efektif, para perunding di sini juga mendorong negara-negara untuk meningkatkan tingkat ambisi mereka, rencana mereka untuk mengurangi emisi karbon.
Untuk itu Uni Eropa dalam sebuah aliansi dengan Kanada, Inggris, Norwegia, banyak negara kepulauan kecil serta kelompok negara yang paling terbelakang, akan mendorong upaya yang lebih besar dalam rencana nasional mereka untuk diajukan pada 2020.
"Koalisi ambisius tinggi" mengatakan bahwa ini harus dilakukan untuk memastikan tanggapan yang memadai terhadap risiko dan dampak perubahan iklim yang disoroti dalam laporan khusus IPCC tentang 1,5 derajat Celsius yang diterbitkan pada bulan Oktober.
"Uni Eropa tidak dapat menerima jika tidak ada keputusan yang diambil yang mengakui secara positif laporan khusus pada 1,5 Celcius," kata komisioner iklim Unie Eropa Miguel Arias Canete.
"Kami mewakili negara-negara maju dan berkembang dari semua benua dan Uni Eropa berkomitmen untuk hasil yang ambisius di Katowice tetapi teks di depan kami tidak cukup tebal."
Sementara suasana pembicaraan pada umumnya positif, argumen berkepanjangan tentang iklim dan sains juga bergemuruh.
Selama akhir pekan AS dan Arab Saudi, didukung oleh Rusia dan Kuwait, menolak untuk menyambut laporan IPCC tentang bagaimana kenaikan suhu 1,5 Celcius akan berdampak pada dunia.
Para pejabat Saudi, mungkin tersinggung oleh kritik yang meluas tentang sikap mereka, telah membela posisi mereka.
"Kami telah menyambut semua laporan IPCC lain di masa lalu karena mereka dilakukan dengan benar, dalam aturan dan prosedur IPCC," kata seorang anggota delegasi Saudi kepada wartawan.
"Kami tidak pernah menolak laporan lain, jadi kami tahu bahwa ada beberapa hal yang tidak sebaik laporan lain yang kami gunakan. Dalam pandangan kami, laporan itu tidak berdiri pada tingkat yang sama seperti yang lain."
Tokoh-tokoh senior lainnya dalam pembicaraan ini telah membela IPCC dan mengatakan bahwa pada akhir diskusi, peran kunci dari penelitian perlu diakui.
"Biarkan saya memperjelas ini," kata perdana menteri Fiji Frank Bainimarama, yang memimpin konferensi tahun lalu.
"Fiji menyambut Laporan Khusus IPCC mengenai 1,5 derajat. Kita semua harus menerima sains, yang tidak terbantahkan. Kita menerima sains di hampir setiap bentuk lain usaha manusia. Jadi logika sederhana menyatakan bahwa kita harus melakukannya."
Follow Berita Okezone di Google News
(sal)