JAKARTA - Salah satu jenis kendaraan bernama odong-odong memang sudah akrab di telinga masyarakat Ibu Kota. Kendaraan beroda empat yang semula menjadi sarana hiburan untuk anak-anak, kini sudah beralih menjadi alat transportasi.
Meski saat ini transportasi online tengah mendominasi, rupanya tidak sulit untuk menemukan kendaraan berjenis odong-odong di kawasan Jakarta, misalnya di daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Tak jauh dari Terminal Kampung Melayu, tepatnya di perempatan arah ke Jatinegara dan Matraman kita akan mudah menemukan odong-odong berseliweran bersama angkutan umum atau angkot, bus, hingga bajaj.Naik tepat di depan Rusun Jatinegara Barat, tim Okezone mulai menyusuri jalan dengan menggunakan odong-odong. Tak lama dari situ, sopir memberhentikan kendaraannya untuk menunggu penumpang atau yang kerap disebut ngetem di seberang Pasar Jatinegara.
Sembari menunggu kendaraannya terisi penumpang, sopir odong-odong yang bernama Toing tersebut menceritakan bahwa dirinya menjadi pengemudi kendaraan itu karena iseng. Selain itu, ia menganggap menjadi sopir odong-odong bisa menjadi hiburan untuknya. Ia pun kadang jadi sopir odong-odong untuk menggantikan pengemudi lainnya yang disibukkan dengan kegiatan lain.
Dalam kegiatan sehari-sehari, Toing rupanya bekerja sebagai pedagang di Pasar Jatinegara. Namun, jika menjadi sopir odong-odong, sang kakaklah yang membantu untuk menjual barang-barang dagangannya.“Enggak iseng-iseng saja ini kalau pas enggak ada sopirnya, kita yang narik. Ya ini hiburan doang. Biasanya mah kerja di sini (Pasar Jatinegara) dagang. Sekarang lagi enggak dagang, abang yang dagangin, kan berdua dagangnya,” ujar Toing kepada Okezone.
Setelah penumpang terisi empat sampai lima orang, sopir kembali menarik gasnya. Kami pun menyusuri perumahan yang bernama Kampung Pulo sampai ke Kampung Melayu Kecil, serta tembus kembali ke jalan raya Kampung Melayu Besar.
Untuk menaiki odong-odong dengan satu putaran seperti itu, penumpang dikenakan biaya Rp5 ribu. Namun, jika tidak sampai satu putaran, penumpang hanya perlu membayar ongkos sebesar Rp3 ribu.
Dengan biaya yang cukup murah itu, dalam sehari sopir odong-odong harus memberikan setoran kepada pemilik mobil sebanyak Rp100 ribu. Biasanya, dalam sehari Toing mendapatkan penghasilan sekitar Rp50-70 ribu.
Selain hanya iseng dan menjadi hiburan bagi dirinya, Toing juga memiliki duka ketika menjadi sopir odong-odong, yaitu ketika mobil yang dikendarainya itu kerap bermasalah. Ia sebenarnya terkadang dapat memakluminya lantaran mobil tersebut sudah sangat tua.
“Ya gitu dah. Ada saja penyakitnya (mobil). Ini mobil dulu banget, mobil kijang. Bekas mobil pribadi, sudah lama enggak kepakai, tahun 1983. Sering (mogok), Kalau ini (mobil) mati, urusan yang punyanyalah,” ungkapnya. (wal)
(Erha Aprili Ramadhoni)