Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pesta Malam Tahun Baru, Sulit Dihindari tapi Bisa Diantisipasi

Taufik Budi , Jurnalis-Sabtu, 29 Desember 2018 |11:30 WIB
Pesta Malam Tahun Baru, Sulit Dihindari tapi Bisa Diantisipasi
A
A
A

SEMARANG - Malam pergantian tahun sering kali menjadi waktu yang paling ditunggu. Beragam kegiatan hiburam mulai mendatangkan band musik papan atas dengan panggung besar hingga pesta kembali seolah menjadi wajib yang harus ada.

Suara bising knalpot kendaraan konvoi meraung konvoi seantero kota. Belum lagi suasana gegap gempita dan gemuruh suara terompet yang sambung menyambung menunggu deting-detik pukul 00.00, dari seluruh penjuru dunia.

“Kan ini acara setahun sekali, makanya biasanya konvoi keliling kota sambil bawa terompet. Senang-senang lah,” kata Budi, warga Semarang.

Ada perasaan bangga saat meniup terompet sebagai penanda pergantian tahun. Apalagi ketika bersama-sama berteriak menghitung mundur waktu mulai 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,… Menjadi saksi sekaligus pelaku yang mengawali detik tahun baru.

“Momen yang ditunggu adalah pukul 00.00. Tiup terompet atau berteriak ‘Selamat tahun baru’ menjadi penguat bagi kita untuk semangat menyongsong tahun baru. Biar kita bisa lebih baik pada tahun ke deoannya daripada tahun kemarin,” lugasnya.

Kemeriahan tahun baru, tak hanya milik anak-anak muda tetapi juga orang dewasa. Tak jarang mereka mengajak serta anak-anak untuk berkonvoi atau sekadar duduk di depan panggung pertunjukan. Sesekali mereka turut bersorak dan meniup terompet sebagaimana warga lainnya.

“Tiga tahun terakhir saya malam ke Jogja bareng istri dan anak. Kita ramai-ramai di sana merayakan tahun baru. Ikut konvoi juga dan paginya main ke tempat wisata. Biasanya itu bareng keluarga yang ada di Jogja,” kata Arya Nugraha, yang tinggal di kawasan Tembalang, Semarang.

Namun menjerang perayaan tahun baru 2019, dia mengaku telah menyiaokan agenda lain. Dia bersama keluarga kecilnya akan pulang ke trumah orangtua di Pati Jateng. Bukan untuk konvoi keliling kota, Arya justru mengajak saudara-saudaranya untuk membakar ikan di halaman rumah.

“Rencananya kita bakar-bakar ikan di rumah. Bareng keluarga di Pati, kalau sebelumnya kita bersama teman dau saudara di Jogja kali ini kita bareng ibu. Biar ibu merasa terhibur, semua anaknya datang untuk menemani sambut tahun baru,” ujar Arya.

Perayaan malam tahun baru di Kota Semarang juga diperkirakan banyak menyedot perhatian warga. Sejumlah lokasi bersiap dijadikan menjadi pusat keramaian untuk menyongsong detik-detik pergantian tahun. Beragam hiburan mulai grup band musik hingga pertunjukan wayang kulit bakal memanjakan warga untuk begadang.

“Kalau titik-titik keramaian keramaian di antaranya Taman Indonesia Kaya (TIK) ada wayangan, lalu Banjir Kanal Barat (BKB) ada Bridge Fountain dengan air mancur menari, Kuil Sam Poo Kong, Taman Tabanas, dan beberapa lokasi lain. Kira-kira ada delapan lokasi keramaian,” kata Kabag Humas Pemkot Semarang, Wing Wiyarso.

Menurutnya, pemerintah telah berkoordinasi sejumlah pihak untuk mempersiapkan gelaran acara berjalan lancar. Keramaian lalu lintas menjadi perhatian prioritas karena diprediksi banyak warga yang turun ke jalan.

“Kita bersinergi antara Pemkot, Polrestabes, TNI, Dishub, Satpol PP dalam pengamanan. Untuk titik-titik keramaian itu kita siapkan ambulans, pada titik itu kita kerahkan bertugas untuk menjaga keramaian supaya tidak terlalu krodit. Untuk memecah keramaian nanti juga disiapkan kantong-kantong parker,” tukasnya.

Dia juga mengatakan, pelibatan aparat keamanan Polri dan TNI sekaligus untuk mengantisipasi terjadinya angka kriminalitas. Sebab, angka kejahatan pada saat terjadi keramaian menjelang tahun baru cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Meski demikian, pemerintah mengaku tak bisa serta merta menghentikan atau melarang kegiatan warga yang ingin merayakan tahun baru. Pemerintah beserta lembaga terkait akan hadir untuk menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat selama masih mematuhi aturan.

“Ada indikasi dari tahun ke tahun tindakan kriminal selalu meningkat, makanya instruksi Pak Wali Kota (Hendrar Prohadi) untuk ditingkatkan lagi keamanan terkait perayaan Natal dan tahun baru nanti,” cetusnya.

“Kita tidak bisa (melarang) karena ini perayaan masyarakat, tidak mungkin kita menghentikan hal tersebut. Yang bisa kita lakukan adalah antisipasi, pemerintah bersama instansi terkait mengantisipasi supaya hal-hal yang sebelumnya terjadi, itu sebisa mungkin diminimalisasi sebesar mungkin tidak terjadi lagi,” bebernya memberi alasan.

Terlebih, Pemkot Semarang juga memiliki hajat untuk meresmikan wahana wisata baru yakni Bride Fountain di Banjir Kanal Barat (BKB). Air mancur menari yang berada di sisi kanan, kiri, dan tengah jembatan (BKB) bakal menjadi destinasi wisata baru di Kota Semarang.

“Apalagi besok juga ada launching Bridge Fountain. Iklan kita di mana-mana, sudah lumayan viral, kemungkinan besar juga menyedot perhatian banyak warga masyarakat di Kota Semarang maupun di luar kota. Kita antisipasi sejak dini sebelum perayaan tahun baru,” tandasnya.

Sosiolog Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fulia Aji Gustaman, menyebut setidaknya terdapat tiga alasan orang melakukan perayaan tahun baru. Meski menyambut tahun baru Masehi merupakan budaya Barat, namun beragam kegiatan yang dilakukan dianggap menarik sehingga ditiru.

“Jadi itu (perayaan tahun baru Masehi) bentuk akulturasi budaya. Budaya itu sebenarnya bukan budaya kita, tapi diadopsi dari budaya luar, kemudian kok menarik. Orang lokal berusaha mengikuti karena di situ ada kesenangan, ada euforia macam-macam dengan tujuan untuk mencari kesenangan. Salah satunya bisa melihat kembang api, dan sebagainya,” tutur Aji.

Aji menambahkan, kegiatan masyarakat untuk berkumpul, meniup terompet, hingga konvoi kendaraan merupakan sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan. Hal itu sebagai bukti bahwa mereka telah melakukan sesuatu pada tahun kemarin dan akan disempurnakan di tahun berikutnya.

“Kemudian yang kedua bisa jadi itu merupakan sebuah ekspresi bahwa saya sudah melakukan sesuatu di tahun kemarin. Saya sudah berhasil melakukan sesuatu, di tahun ini saya masih diberi kesempatan untuk memulai hal yang baru, memperbaiki kesalahan, atau kerja saya yang belum maksimal di tahun kemarin. Sehingga ekspresinya adalah sebuah perayaan degan harapan tahun akan datang, apa yang kurang di tahun kemarin bisa lebih maksimal lagi,” terangnya.

Dia juga menyampaikan, kecenderungan masyarakat menyambut malam pergantian tahun disebut bukan sekadar untuk merayakannya. Banyak di antara massa hanya untuk menyaksikan orang bersuka cita merayakan tahun baru. Terlebih di pusat-pusat keramaian biasanya juga terdapat panggung hiburan.

“Ini adalah sarana mencari hiburan. Artinya orang ini tidak bermaksud merayakan (tahun baru) tapi dia ingin melihat euforia dari orang yang merayakan, karena di situ ada kembang api, ada hiburan, ada band musik, dan sebagainya. Sebenarnya orang itu tidak ingin merayakan, tapi dia ingin melihat orang yang merayakan,” jelas dia.

Aji juga menyoroti masyarakat Indonesia terutama Jawa memiliki sistem penanggalan berbeda yaitu Saka. Termasuk mayoritas rakyat Indonesia yang beragama Islam juga mempunyai kalender sendiri yakni Hijriah. Umumnya, umat Islam dan masyarakat Jawa menyambut tahun baru Saka dan Hijriah dengan melakukan ritual doa maupun refleksi atas dosa yang telah dilakukan.

“Sebenarnya secara budaya mungkin itu jauh dari budaya kita. Karena kalau orang Jawa itu juga punya kalender sendiri, orang muslim juga punya kalender sendiri. Dan mereka mempunyai cara ritual sendiri untuk memaknai saat pergantian tahun,” tukas dia.

“Kalau orang muslim mungkin dia melakukan ritual bergantinya tahun dengan melakukan refleksi, bahwa dosa apa yang sudah dilakukan di tahun kemarin, kemudian perbaikan apa yang nanti akan dilakukan di masa yang akan datang. Sebagaimana pula dengan orang Kejawen punya sistem penanggalan sendiri, dia juga punya makna simbolik tersendiri dalam memaknai,” beber Aji.

Menurut Aji, bagi sebagian orang menyambut tahun baru dengan gemerlap kembang api di langit sebagai tindakan pemborosan. Sebab, pesta kembang api yang disertai beragam kegiatan panggung hiburan menelan anggaran besar.

“Bagi yang kontra, mungkin kurang begitu bermanfaat karena di situ ada suatu hal yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk hal lain. Contohnya pesta kembang api, anggaran untuk pesta kembang api itu bisa digunakan untuk hal yang lain misalnya untuk keperluan sedekah. Kalau itu personal untuk mencukupi kebutuhan hidup kalau itu negara yang menyelenggarakan bisa untuk perbaikan infrastruktur,” tearngnya.

Selain itu, berkumpulnya massa tak jarang juga memicu aksi kriminalitas. Bahkan, sesama peserta konvoi kendaraan juga tak jarang terjadi perselisihan hingga menimbulkan kerawanan sosial. Belum lagi potensi kecelakaan lalu lintas yanhg menelan korban jiwa, karena konvoi dalam jumlah besar seringkali tak mematuhi peraturan.

“Hiruk-pikuk dari orang yang mau merayakan tahun baru ini pasti ada sebuah dampak. Entah itu yang mengarah pada kriminal atau kecelakaan lalu lintas. Kemudian dampak yang lain tentu pasti akan menimbulkan banyak sampah di situ,” sebutnya.

“Jadi kalau memang itu banyak madhorot (tidak manfaat) kenapa harus dilakukan, kan lebih baik di rumah refleksi, kemudian menyiapkan strategi untuk perbaikan di tahun yang akan datang itu jauh lebih baik daripada kita ikut merayakan. Belum lagi nanti kalau misalnya kesenggol jatuh, karena krodit. Malah menimbulkan dampak yang kurang baik secara personal maupun umum,” tandas dia.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Agus Triatmaja, mengatakan, polisi mengerahkan 9.480 personel yang melibatkan seluruh jajaran. Mereka akan tersebar di sejumlah titik untuk mengamankan perayaan malam tahun baru.

“Kalau Polda kita mengerahkan 1.030 personel, itu diperkuat dengan seluruh jajaran sebanyak 8.450 personel. Jumlah tersebut akan ditambah dari unsur TNI dan instansi samping,” katanya.

Aparat gabungan itu akan melakukan patroli dan pengaturan lalu lintas agar tak terjadi kemacetan hingga menggangu kenyamanan warga yang ingin merayakan malam tahun baru. Selain itu, aparat keamanan juga bersiaga di pos pengamanan perayaan tahun baru sehingga bisa dengan mudah diakses masyarakat.

“Polisi sudah diploting di lokasi-lokasi keramaian masyarakat, tempat hiburan, pusat perayaan, baik secara stationer maupun mobiling dengan melakukan patroli gabungan TNI dan Polri. Untuk titik sebar fokus pengamanan di lokasi keramaian misaknya Simpang Lima Semarang, Tugu Muda, gereja-gereja yang menggelar misa atau kebaktian, masjid-masjid, hotel, terminal, dan pusat hiburan masyarakat. Prinsipnya polisi akan all out” tegas Agus.

Dia juga menyatakan, malam tahun baru tak boleh dinodai dengan aksi menyalakan petasan. Polisi akan bertindak tegas bagi yang terindikasi terlibat pelanggaran petasan karena menyalahi UU Darurat Nomor 12 tahun 1951 tentang bahan peledak.

“Apabila ada yang melanggar akan ditindak sesuai ketentuan yang berlaku. Petasan dilarang, namun kembang api diperbolehkan yang dijual di tempat-tempat toko resmi. Untuk ukuran kembang api yang boleh dijual juga ada ketentuan yang mengatur,” ujarnya.

“Kami juga mengimbau pawai, konvoi, tidak dilaksanakan karena akan menimbulkan kemacetan dan gangguan ketertiban masyarakat lainnya,” tandas Agus.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement