Sebagai langkah cepat, I Ketut Diarmita meminta para pelaku usaha integrator meningkatkan serapan pemotongan di Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) dan memaksimalkan penyerapan karkas untuk ditampung dalam cold storage sebagai cadangan.
Hal ini untuk menyelamatkan para peternak dari jumlah kerugian yang semakin besar, menyusul turunnya harga ayam hidup. Terlebih pasar untuk komoditas unggas di Indonesia saat ini didominasi fresh commodity, sehingga produk mudah rusak.
"Kami berharap hasil usaha peternak agar tidak lagi dijual sebagai ayam segar melainkan ayam beku, ayam olahan, ataupun inovasi produk lainnya. Jika hal ini dilaksanakan dengan baik, maka harga di peternak dapat segera kembali normal”, ujar Diarmita.
Selain itu lanjut Diarmita, untuk menstabilkan harga ayam broiler di tingkat peternak, pemerintah juga telah mengatur kebijakan dari aspek hulu, yaitu dengan pengaturan bibit ayam, pengaturan mutu benih, bibit yang bersertifikat, menyeimbangkan supply - demand dalam hal pengaturan impor Grand Parent Stock.
Termasuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang penyediaan, peredaran, dan pengawasan ayam ras. Serta, pembentukan tim analisa dan tim asistensi serta tim pengawasan dalam mendukung pelaksanaan Permentan 32 Tahun 2017. Ditjen PKH pun menganalisis supply-demand ayam ras dan secara rutin menyelenggarakan pertemuan antara peternak dengan pemerintah dan juga dengan para stakeholders.
“Untuk meningkatkan pengawasan, saya meminta peran Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota dan seluruh pejabat fungsional pengawas bibit ternak yang tersebar di seluruh provinsi maupun kabupaten/kota untuk melakukan pengawasan, jika perlu kita bekali dengan tambahan ilmu sebagai PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil)”, ujarnya menegaskan.