JAKARTA - Dalam penyelenggaraan Pemilu, memang kerap terjadi serangan fajar yang dilakukan oleh peserta pemilu. Seperti saat ini, salah satu yang diduga melakukan hal tersebut adalah anggota DPR, Bowo Sidik Pangarso.
Kasus dugaan serangan fajar tersebut mencuat ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan kurang lebih 400 amplop yang berisikan uang pecahan sebesar Rp 20.000 dan Rp 50.000.
Mengenai fenomena serangan fajar itu, salah satu anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), yakni Rahmat Bagja mengungkapkan bahwa pihaknya akan selalu mewaspadai hal tersebut terjadi jelang Pemilu 2019 nanti.
Oleh sebab itu, untuk dapat mengantisipasi serangan fajar terjadi, Bawaslu akan terus berkomunikasi dan bekerjasama dengan pihak KPK agar dapat mengetahui informasi-informasi terkait politik uang.
"Itu kita waspadai bersama, kami akan menghubungi KPK, bekerjasama dengan KPK mengenai hal tersebut, yang jelas sih KPK punya ranah sendiri, dan Bawaslu punya ranah sendiri," ujar Rahmat Bagja kepada Okezone, Senin (1/4/2019).
"Apapun yang berkaitan dengan politik uang, maka notifikasi dari KPK penting mengenai bagaimana politik uang terjadi, penyebarannya. Terus teman-teman KPK, PPATK punya kewenangan, dan mereka akan mendeteksi hal ini dalam waktu ke depan. Karena mereka melihat flow money," terangnya.

Selain itu, Bawaslu pun akan melakukan patroli pengawasan pada 3 hari jelang Pemilu 2019. Rahmat Bagja menyebutkan bahwa pihaknya akan berjaga selama 24 jam, dan berkeliling bersama dengan kepolisian.
"Kami takutnya di 3 hari terakhir di masa tenang itu. Makanya kami hidupkan patroli pengawasan. Semua pengawas jalan pada hari itu, 24 jam dengan shift-shift tertentu, pengawasnya misalnya satu orang ditemani staf berkeliling bersama kepolisian," tutup Rahmat Bagja.
(Awaludin)