Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Padusan, Tradisi Jelang Ramadan & Hukumnya Menurut Pandangan Islam

Syaiful Islam , Jurnalis-Sabtu, 04 Mei 2019 |11:03 WIB
<i>Padusan</i>, Tradisi Jelang Ramadan & Hukumnya Menurut Pandangan Islam
ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
A
A
A

DALAM menyambut bulan suci Ramadan, umat Islam di Nusantara memiliki beragam cara dan tradisi. Khususnya bagi masyarakat Jawa dan Madura. Pada berbagai kesempatan pengajian di bulan Rajab, para kiai, ulama, dan ustadz sudah mewanti-wanti dengan wasiat bahwa Rajab adalah bulannya Allah.

Ruwah atau Sya'ban adalah bulannya Rasul, sedangkan Ramadan adalah bulannya umat Islam yaitu kaum muslimin. Maka, berawal dari bulan Rajab itulah umat Islam harus mulai mengambil ancang-ancang mempersiapkan diri akan datangnya bulan yang di dalamnya terdapat malam yang kemuliaannya melebihi seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.

Menyambut datangnya bulan yang mulia, banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya tradisi padusan atau sesoccen (Madura-red). Tradisi ini diyakini telah diwariskan secara turun menurun dari para leluhur di Jawa Timur.

Namun, memang tidak ada aturan baku tentang bagaimana harus melakukan proses padusan atau sesoccen. Kendati demikian, masyarakat lazimnya melaksanakan tradisi ini beramai-ramai di sumur atau sumber mata air.

Padusan merupakan tradisi sakral menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air. Tradisi padusan memiliki makna membersihkan jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa, sehingga bersih secara lahir maupun batin.

Tradisi Padusan

Jika pada bulan Rajab diperingati peristiwa Isra' Mi'raj, maka di bulan Ruwah umat Islam dituntut memuliakan dan berbakti kepada orangtua, wabil khusus kepada ruh orangtua yang sudah meninggal dunia.

Caranya, dengan banyak mengirimkan doa memohonkan ampunan kepada Allah SWT. Hal itu dimaksudkan agar pada saat Ramadan tiba, umat Islam telah siap lahir batin meraih keutamaan-keutamaan hikmah selama bulan Ramadan.

"Di beberapa tempat, padusan memang masih menyimpan kesakralannya. Sesoccen lebih kepada pembersihan raga dan jiwa sehingga benar-benar bersih, suci, dan siap untuk berpuasa," ucap Budayawan Jawa, Ridwan Anjasmoro, saat berbincang dengan Okezone, Jumat 3 Mei 2019 kemarin.

Tradisi sesoccen yang sesungguhnya merupakan tahap akhir dari prosesi pembersihan diri sebelum puasa. Masyarakat di Madura kata dia, biasa melaksanakan tradisi sesoccen meskipun bukan menjelang bulan Ramadan. Sumber-sumber keramat peninggalan wali Allah seperti di Kolla Langgundi biasanya ramai jadi destinasi utama masyarakat lokal.

Infografis Tradisi Sambut Ramadan

"Meski tidak seluruhnya masyarakat melakukan ritual ini. Mereka yang paham tentang penyucian lahir dan batin pasti akan melakukan ritual ini karena bersuci merupakan kewajiban bagi seorang muslim," kata Ridwan yang juga Wakil Ketua DPP Laskar Tjakraningrat, sebuah laskar yang bergerak di bidang budaya dan pelestarian cagar budaya.

Sementara menurut perspektif Islam, Ketua PCNU Kota Surabaya, Muhibbin Zuhri, menyebut, secara konsep fiqih dalam sebuah tradisi terdapat tiga komponen. Pertama, nama atau simbol, kedua cara atau prosedur kegiatannya, dan ketiga ialah i'tiqad (keyakinan) yang ada dalam tradisi itu.

"Yang pertama tidak apa dipakai. Nama-nama tidak harus ada dalam hadist atau Alquran. Kedua soal cara, catatannya asal tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan syariat. Misalnya dalam hal ini tidak menunjukkan atau menampakkan aurat pada yang lain, maka itu boleh. Tapi kalau ada unsur muharromat atau yang diharamkan seperti terbuka aurat laki-laki dan perempuan, itu jelas haram," ucap Muhibbin.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement