Meskipun sejauh ini tidak jelas mengapa Iran melancarkan serangan skala kecil terhadap kapal-kapal minyak multinegara, jika tuduhan tersebut memang benar, para pengamat berpendapat bahwa serangan itu mungkin bertujuan untuk mengirimkan sinyal ke negara-negara yang bermusuhan dengan Iran bahwa negara itu mampu mengganggu pelayaran di perairan tersebut tanpa harus berperang.
Ketika memberikan tanggapan atas laporan Uni Emirat Arab, Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Y al-Mouallimi, mengatakan negara kerajaan itu meyakini "tanggung jawab atas aksi itu terletak di atas pundak Iran. Kami tidak ragu-ragu mengeluarkan pernyataan ini." Itulah pernyataan al-Mouallimi seperti dikutip kantor berita Reuters.

Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton sebelumnya mengatakan "ranjau laut yang hampir dipastikan dari Iran" menjadi penyebab kapal rusak, meskipun ia tidak membeberkan bukti untuk mendukung tuduhannya.
Namun Bolton membantah pandangan bahwa pemerintah AS di bawah Presiden Trump berusaha menggulingkan pemerintah Iran.
"Kebijakan yang kita tempuh bukan kebijakan mengganti rezim," kata Bolton pekan lalu.
Kementerian Luar Negeri Iran menepis tuduhan AS dan menyebutnya "menggelikan".
Apa yang menyebabkan ketegangan terbaru?
Mulai awal Mei, pemerintah Amerika Serikat mencabut pengecualian sanksi-sanksi yang diberlakukan kepada sejumlah negara yang masih membeli minyak dari Iran.
Dengan cara itu, Amerika Serikat berharap Iran tidak mampu lagi mengekspor minyak sehingga sumber pendapatan utamanya tersumbat.
Presiden Trump kembali menerapkan sankso-sanksi kepada Iran satu tahun lalu setelah menarik AS dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015. Perjanjian itu diteken Iran dengan enam negara, lima negara anggota Dewan Keamanan PBB dan Jerman.
Iran kemudian mengumumkan sekarang membatalkan sejumlah komitmen yang tercakup di dalam perjanjian itu.
(Rachmat Fahzry)