Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Milad Ke-107, Muhammadiyah Disebut Hadapi 2 Tantangan Besar

Fahreza Rizky , Jurnalis-Senin, 18 November 2019 |17:13 WIB
Milad Ke-107, Muhammadiyah Disebut Hadapi 2 Tantangan Besar
Muhammadiyah. (Ist)
A
A
A

JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto (Cak Nanto) menyampaikan refleksi kebangsaan bertepatan dengan milad ke-107 tahun Persyarikatan Muhammadiyah. Cak Nanto mengatakan saat ini Muhammadiyah menghadapi dua tantangan besar, yakni industri 4.0 dan polarisasi kebangsaan.

Cak Nanto berpendapat, polarisasi kebangsaan banyak terjadi akibat adanya penetrasi politik yang berlebihan. Penetrasi politik tersebut memanfaatkan fakta-fakta keanekaragaman identitas yang ada di Indonesia. Hal ini disebut sebagai anomali pasca era kemerdekaan.

"Dahulu, pendiri negara, termasuk Muhammadiyah, memanfaatkan keanekaragaman agama, suku, dan identitas lainnya sebagai bahan baku persatuan dan rasa solidaritas perlawanan terhadap imperialisme, namun saat ini terdapat sekolompok orang yang justru memanfaatkan kebinekaan untuk dibelah sebagai basis dukungan politik," kata Cak Nanto kepada Okezone, Senin (18/11/2019).

"Dampaknya adalah terjadi ketegangan sosial, bahkan sampai pada level kekerasan sosial," sambung dia.

Pemuda Muhammadiyah memandang hal ini harus diakhiri. Menurut dia politik harus diisi oleh ruang moderasi sosial dan politik. Artinya keanekaragaman tidak untuk digunakan sebagai alat pemecah belah persatuan, tetapi justru dijadikan modal sosial yang kuat.

Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto. (Ist)

“Itulah yang membuat Indonesia sebagai sebuah negara besar di dunia, dengan kebinekaan yang mengikutinya. Diperlukan sikap negarawan, dengan mengedepankan kepentingan nasional ketimbang urusan pribadi, atau kelompok tertentu saja. Jangan korbankan kesatuan bangsa yang telah kokoh didirikan oleh para pendiri negara hanya mementingkan urusan recehan," tuturnya.

Tantangan lain yang dihadapi Muhammadiyah dan juga Indonesia adalah bagaimana menghadapi industri 4.0. Ia melihat bangsa ini belum terlalu siap menghadapi tantangan tersebut. Di sisi lain, Cak Nanto megatakan, industri nasional masih belum terbangun dengan kuat. Konsep industri di Indonesia juga masih rapuh, tetapi bangsa ini dituntut untuk menghadapi industri 4.0.

"Kesenjangan ekonomi dan sosial juga masih menjadi persoalan bangsa. Kemiskinan dan pengangguran masih menjadi momok bagi bangsa yang bercita-cita mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ke-lima Pancasila itu masih belum kuat membumi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Itulah tantangan yang harus dijawab oleh Muhammadiyah, dalam merefleksikan 107 tahun kelahirannya," ucapnya.

Cak Nanto juga menjelaskan kontribusi Muhammadiyah pada Indonesia pada era prakemerdekaan hingga detik-detik Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Muhammadiyah disebut memberikan dasar pijakan nilai-nilai kebangsaan yang kokoh terhadap Indonesia.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement