Sultan memberikan sinyal harapan kepada BKKBN agar ikut membantu dalam menangani klithih, terutama bisa memberikan kontribusi dalam mengintervensi keluarga melalui pendekatannya. Sehingga jika menemukan persoalan keluarga dan membantu keluhan tersebut.
Sultan memperkirakan anak yang terlibat dalam tindakan klithih bukan dari kalangan miskin. Terbukti mereka sebagian besar bisa memfasilitasi anak pelaku itu dengan motor. "Karena rata-rata dengan sepeda motor. Jadi pikiran saya bukan orang miskin (pelaku klithih), tapi (ekonomi) menengah ke atas," katanya.
Sultan melanjutkan dengan kembali menyinggung soal adanya persoalan orangtua jarang berkomunikasi dengan anak meski pun semua anggota keluarga memiliki alat komunikasi. Karena sebagian besar justru sibuk dengan ponsel masing-masing, bahkan orangtua tidak sempat menanyakan kabar anaknya. Akibatnya, anak merasa bebas karena tidak mendapatkan perhatian.
"Justru kebebasan itu yang mestinya sebelum ada HP alasannya bapak/ibu sibuk sehingga tidak ada komunikasi. Sekarang semua orangtua punya handphone. Anaknya punya handphone, bapaknya/ibunya punya handphone. Tapi kalau say hello: 'Gimana nak kabar kamu?", tidak pernah begitu kan. Punya konsekuensi dia (anak) lepas," ucapnya.
(Hantoro)