Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

2 Warga Tangsel Meninggal Akibat DBD, Pencegahan Dinilai Belum Maksimal

Hambali , Jurnalis-Kamis, 12 Maret 2020 |12:08 WIB
2 Warga Tangsel Meninggal Akibat DBD, Pencegahan Dinilai Belum Maksimal
Ilustrasi nyamuk demam berdarah dengue. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

TANGSEL – Dua warga Kota Tangerang Selatan, Banten, meninggal akibat menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD). Tercatat sedikitnya ada 87 pasien DBD yang dirawat di rumah sakit umum (RSU) Tangsel.

Jumlah 87 pasien itu belum ditambah dengan mereka yang menjalani perawatan di puskesmas ataupun rumah sakit swasta lainnya. Disebutkan tahun ini mengalami peningkatan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca juga: Awal 2020, Ada 109 Kasus DBD di Kota Bekasi 

Jatuhnya korban jiwa serta melonjaknya jumlah pasien DBD pun menuai sorotan banyak pihak. Kejadian ini pun menjadi preseden buruk bagi Pemerintahan Kota Tangsel lantaran dinilai belum maksimal dalam melakukan tindakan preventif.

"Kejadian ini berlangsung hampir setiap tahun dan memakan korban pula. Dari kejadian ini seharusnya pemerintah kota sudah dapat memetakan lokasi-lokasi mana saja yang berpotensi besar munculnya penyakit DBD ini," kata Ferdiansyah, ketua Fraksi PSI DPRD Kota Tangsel, kepada Okezone, Rabu 11 Maret 2020.

"Pemerintah kota harusnya sudah menyiapkan program-program solutif terkait penanggulangan jika hal ini terjadi lagi," sambungnya.

Saat ini, menurut dia, informasi dari Direktur RSU Tangsel menyatakan terdapat 14 warga yang sedang dirawat. Kecamatan Pamulang dan Ciputat menjadi wilayah paling banyak warganya menjadi korban gigitan nyamuk DBD.

"Sebelumnya banyak warga di beberapa kelurahan terkena virus chikungunya, dan saat ini virus DBD. Kejadian ini menjadi preseden buruk bagi pemerintah kota," jelasnya.

Baca juga: DPR Ingatkan Pemerintah Tetap Fokus Berantas DBD 

Menurut Ferdi, kegiatan pengasapan yang dilakukan oleh pemkot ataupun secara swadaya masyarakat belum mampu mencegah dari perkembangbiakan nyamuk DBD. Apalagi kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan belum tertanam dengan baik.

"Masyarakat harus selalu diberikan edukasi dan juga sosialisasi menyeluruh untuk menjalani pola hidup bersih. Pemerintah kota melalui dinas kesehatannya diberikan alokasi anggaran yang cukup besar untuk tahun 2020 ini. Dari alokasi tersebut harapannya dapat dimaksimalkan, salah satunya untuk mencegah kejadian-kejadian seperti ini," jelas dia.

Berdasarkan data yang diperoleh Okezone, pada Januari ada 29 pasien DBD yang dirawat di RSU Tangsel. Lalu pada Februari jumlahnya meningkat dengan masuknya 41 pasien baru positif DBD. Berikutnya di awal Maret, jumlah itu terus bertambah dengan dirawatnya 17 pasien baru DBD.

Sedangkan untuk data 2 korban meninggal, Pemkot dan Dinas Kesehatan Tangsel menyebut korban meninggal bukan semata-mata disebabkan DBD, melainkan ada penyakit penyerta lainnya.

Baca juga: Satu Pasien DBD Meninggal, Total Sudah Dua Orang Tewas di TTU NTT 

"Ada memang pada bulan apa itu meninggal 2 orang, itu bukan karena DBD-nya, tapi penyakit penyertanya. Yang meninggal 1 anak-anak dan 1 dewasa, semuanya dari Tangsel. Memang mereka DBD tapi ada penyakit lain yang menyertai," jelas Wakil Wali Kota Tansel Benyamin Davnie saat berkunjung ke RSU, Selasa 10 Maret 2020.

Meski begitu, dia memastikan belum akan menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) di Kota Tangsel. Ia berharap peran Jumantik dan masing-masing masyarakat lebih ditingkatkan guna menjaga kebersihan lingkungan.

"Belum (KLB), masih jauh," terangnya.

Baca juga: 64 Warga Sampang Menderita DBD 

(Hantoro)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement