MANADO - Dimarahi, dibentak, bahkan diacuhkan sudah menjadi santapan sehari-hari bagi Tim Tracing Kontak di Tim Surveilans Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), sejak wabah virus tersebut merebak di Sulut.
Sebagian orang mungkin menganggap sepele pekerjaan mereka, bahkan terlihat sepertinya mereka tidak melakukan apa-apa, padahal merekalah yang berhadapan langsung dengan orang-orang yang diduga terpapar virus corona.
Tugas mereka melakukan tracing terhadap mereka yang punya kontak erat resiko tinggi maupun resiko rendah dengan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun terkonfirmasi positif yang tentu saja ancaman mereka terinfeksi virus corona terbuka lebar.
"Suka duka kami kadang dimarahi, karena privasi dari pasien tidak mungkin dipublish sehingga di media itu atau dimasyarakat umum pun kami seakan-akan tidak bekerja karena kita tidak publish, padahal begitu diurut tracing kontaknya baik resiko tinggi mapun resiko rendah, kami sudah bekerja," ujar Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulut Mery B Pasorong.
Meski sering dimarahi namun Mery mengaku timnya masih bisa mengendalikan dengan melakukan pendekatan secara persuasif, memberikan edukasi, penjelasan bagaimana pentingnya kejujuran dari setiap PDP untuk menceritakan bagaimana riwayat perjalanannya.
Segala suka maupun duka di lapangan menurut Mery dihadapi dengan penuh suka cita dan saling memberikan support secara psikis kepada tim walau pun setiap hari bekerja sampai larut malam untuk mengupdate data dan melakukan tracing juga.
"Teman-teman juga belum ada shift yang berganti, semuanya rata-rata bekerja dari pagi sampai malam hari. Mudah-mudahan semuanya dalam pertolongan Tuhan. Kedepan kalau ada yang "tepar" maka semua tim akan diistirahatkan demi transmisi yang juga kita hadapi bersama. Tetapi dalam pergerakannya ada satu dua orang yang kena flu, batuk sedikit, istirahat langsung, tapi itu tidak semua," jelas Mery