Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

251 Dokter di Bangladesh Positif Virus Corona, Masyarakat Sembunyikan Gejala

Rachmat Fahzry , Jurnalis-Jum'at, 24 April 2020 |15:43 WIB
251 Dokter di Bangladesh Positif Virus Corona, Masyarakat Sembunyikan Gejala
Bilik uji tes virus corona di Bangladesh. (Foto/The Daily Star)
A
A
A

DHAKA - Ketika kasus-kasus virus corona meningkat di Bangladesh, pemerintahnya berjuang untuk menjaga agar para pekerja kesehatan garis depan tidak terpapar virus.

Setidaknya 251 dokter positif terkena virus korona pada Kamis, 23 April menurut Yayasan Dokter Bangladesh (BDF). Ketika kelompok itu menyalahkan kurangnya alat perlindungan diri (APD).

Hampir 200 dokter terinfeksi di ibukota, Dhaka. Sejauh ini, Bangladesh telah melaporkan 3.772 dikonfirmasi COVID-19 kasus, dengan 120 kematian.

Orang menyembunyikan gejalanya

Masalah lain yang dihadapi petugas layanan kesehatan di Bangladesh adalah pasien menyembunyikan gejala medis mereka untuk menghindari stigma, isolasi sosial atau karantina.

Banyak orang percaya jika mereka terinfeksi virus corona, rumah mereka dikarantina dan anggota keluarga mereka akan diperlakukan secara negatif.

Selain itu, rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien virus corona penuh sesak, memaksa orang yang menunjukkan gejala virus corona berduyun-duyun ke rumah sakit umum dan swasta.

Karena rumah sakit-rumah sakit itu tidak merawat pasien COVID-19, orang-orang berusaha mendapatkan perawatan di sana dengan menyembunyikan gejala-gejalanya.

"Ini adalah masalah besar bahwa banyak orang yang membawa gejala COVID-19 menyembunyikan informasi dan menunjukkan sedikit minat untuk menjalani tes," Menteri Kesehatan Bangladesh Zahid Maleque mengutip Al Jazeera, Jumat (24/4/2020).

"Itulah sebabnya banyak dokter dan petugas kesehatan kita terinfeksi virus. Kecenderungan seperti itu sangat mengkhawatirkan," katanya.

Faisal Islam Fahim, seorang petugas medis di Sekolah Tinggi dan Rumah Sakit Medis Sher-e-Bangla di Distrik Barisal, mengatakan bahwa sekitar 150 dokter di rumah sakitnya dipaksa masuk ke karantina setelah terinfeksi.

Kedua dokter itu menangani seorang pasien pria yang menyembunyikan gejalanya untuk menghindari karantina.

"Pasien berbohong mengenai masalah pernafasan dan rasa sakit di tenggorokannya dan dirawat di rumah sakit," kata Fahim.

(Rachmat Fahzry)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement