NIAMEY - Badai pasir raksasa menyelimuti Ibu Kota Niger, Niamey pada Senin (6/5/2020) mengubah langit menjadi merah darah, menciptakan pemandangan yang mengesankan sekaligus menakutkan bagi para saksi mata. Beberapa video yang merekam kejadian itu telah beredar di media sosial.
Dalam salah satu video yang diambil Ruptly, salah seorang saksi mata menyebut warna merah yang menyelimuti Niamey sebagai pemandangan yang “keren, agak aneh, agak menakutkan”.
Awan debu setinggi ratusan meter yang luas itu juga bisa terlihat saat menelan kota, mengubah siang hari menjadi gelap bagai malam bagi siapa pun yang berdiri di jalurnya.
Video: YouTube/Ruptly.
Diwartakan RT, meskipun tidak ada laporan kerusakan atau cedera yang muncul dari Niamey setelah badai pasir tersebut, kejadian itu diperkirakan memicu lonjakan beberapa penyakit, seperti meningitis bakteri, di wilayah Sahel, yang membentang di Afrika Utara dari Eritrea ke Senegal.
A sandstorm can be seen sweeping over Niger's capital of Niamey. The impressive sight shows a large wall of sand engulfing buildings as it rolls over the city. https://t.co/MxaweQn3G1 pic.twitter.com/v0MlCcoeeo
— Atlantide (@Atlantide4world) May 5, 2020
Menurut penelitian yang diterbitkan pada 2016, angin kencang dapat membawa partikel, termasuk bakteri penyebab infeksi, jauh ke dalam saluran pernapasan, menunjukkan badai pasir dapat berperan dalam berjangkitnya beberapa penyakit.
Badai pasir cukup umum terjadi di Gurun Sahara, di mana semburan angin hangat sering mengirim awan besar debu dan puing-puing, terutama di daerah gersang di Afrika Barat selama musim kemarau. Fenomena yang dikenal sebagai "Harmattan" itu biasanya berlangsung dari Januari hingga April .
(Rahman Asmardika)