Meski begitu, ungkap Kang Emil, karena hasil survei menyebutkan bahwa baru 50 persen warga Jabar yang menggunakan masker, maka Pemprov Jabar memberlakukan sanksi bagi warga yang tak memakai masker di ruang publik sambil terus melaksanakan tes COVID-19 secara masif.
"Kami mulai memberlakukan denda bukan buat nyari uang, tapi semata-mata agar ekonomi bisa bergerak, pendidikan dimulai, tapi kewaspadaan bisa dikendalikan. Jadi, gabungan antara memakai masker dan agresif testing," ungkap Kang Emil.
"Kami juga memiliki 600 ambulans yang disulap menjadi mobil-mobil rapid test, swab test yang wara wiri, sehingga bisa mengendalikan," tandas dia.
Melalui teori yang sudah dilaksanakan di Jabar itu, Kang Emil mengaku bersyukur karena persebaran COVID-19 di Jabar kini relatif terkendali dengan angka kasus harian rata-rata di bawah 100 kasus per hari.
Bahkan, Kang Emil mengaku optimistis jika teori mengunakan masker berhasil, ekonomi Jabar bakal tetap tumbuh di angka 2,3 persen. "Kalau berhasil, ekonomi Jabar bisa positif 2,3 persen di Desember. Kalau gagal, bisa minus 2 persen," tegas Kang Emil.
Kang Emil mengemukakan, Jabar akan melakukan uji klinis terhadap tiga vaksin COVID-19 dari China, Korea Selatan, dan Inggris. Sebagai langkah awal, vaksin asal China akan lebih dulu diuji coba dengan melibatkan 1.620 relawan.
Jika uji coba vaksin berhasil, Jabar akan melakukan produksi massal dan menyumbangkan vaksin ke seluruh Indonesia. "Jadi, kesimpulannya, kita harus berdampingan dengan COVID-19, tapi kita harus AKB (adaptasi kebiasaan baru) walaupun tidak nyaman karena vaksin dan obatnya masih OTW (on the way)," pungkas Kang Emil.
(Angkasa Yudhistira)