WASHINGTON - Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel telah sepakat untuk menormalisasi hubungan, dengan Israel setuju untuk menangguhkan rencana kontroversialnya untuk mencaplok bagian Tepi Barat yang diduduki, dalam sebuah langkah yang mengejutkan, terutama bagi Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang membantu menengahi pembicaraan kedua negara, menyebut kesepakatan antara Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Al Nahyan itu "momen yang benar-benar bersejarah" dan terobosan menuju perdamaian.
"Sekarang es telah pecah, saya berharap lebih banyak negara Arab dan Muslim akan mengikuti Uni Emirat Arab," katanya kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih sebagaimana dilansir BBC. Dia mengatakan akan ada upacara penandatanganan di Gedung Putih dalam beberapa pekan mendatang.
BACA JUGA: "Ada Rahasia Dibalik Perdamaian Israel & Mesir"
Ini menandai kesepakatan damai Israel-Arab ketiga sejak deklarasi kemerdekaan Israel pada 1948, setelah Mesir dan Yordania.
Hingga saat ini Israel belum memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Teluk Arab. Tetapi kekhawatiran bersama terhadap Iran telah menyebabkan kontak tidak resmi di antara mereka.
HUGE breakthrough today! Historic Peace Agreement between our two GREAT friends, Israel and the United Arab Emirates!— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) August 13, 2020
Para pemimpin Palestina dilaporkan terkejut. Seorang juru bicara Presiden Mahmoud Abbas mengatakan kesepakatan itu sama dengan "pengkhianatan". Palestina juga menarik duta besarnya untuk UEA.
BACA JUGA: Yordania Pertimbangkan Kembali Perjanjian Damainya dengan Israel
Dalam pidatonya di televisi, Netanyahu mengatakan dia telah "menunda" rencana aneksasi Tepi Barat, tetapi rencana itu tetap ada dan tidak berubah. Aneksasi akan membuat beberapa wilayah Tepi Barat secara resmi menjadi bagian dari Israel.
Follow Berita Okezone di Google News