DUBAI - Keluarga Kerajaan Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan anak penguasanya, Putri Latifa "dijaga di rumah" setelah Kantor hak asasi manusia (HAM) PBB meminta negara itu memberikan bukti bahwa sang putri masih hidup.
Dalam rekaman video rahasia yang didapat BBC, Putri Latifa menuduh ayahnya menyekapnya di Dubai sejak ia mencoba melarikan diri dan ditangkap kembali pada 2018.
PBB telah mengontak Davig Haigh dari gerakan Free Latifa, Bebaskan Latifa, meminta video itu.
Dalam video tersebut, Putri Latifa mengatakan ia ketakutan.
"Ia terus membaik dan kami berharap dia akan kembali ke depan umum pada waktu yang tepat," kata pernyataan dari keluarga kerajaan sebagaimana dilansir BBC.
Namun tidak ada bukti video atau foto yang dikeluarkan bersamaan dengan pernyataan keluarga sebagai bukti ia masih hidup.
"Menanggapi laporan media terkait Syekha Latifa, kami ingin berterima kasih kepada mereka yang menyatakan keprihatinan atas kesejahteraannya. Walaupun laporan itu tidak menggambarkan kondisi sebenarnya," kata keluarga dalam responsnya melalui kedutaan Uni Emirat Arab di London, Inggris.
"Keluarganya telah memastikan bahwa Yang Mulai tengah dijaga di rumah, dan didukung oleh keluarga dan paramedis profesional."
Rekaman video yang dikeluarkan teman-teman Latifa dan diudarakan dalam acara BBC Panorama menimbulkan seruan dunia agar PBB melakukan investigasi.
"Kami mengangkat keprihatinan kami terkait bukti video yang mengkhawatirkan," kata Liz Throssell, Juru Bicara Komisaris PBB untuk HAM pada Jumat (19/2/2021).
BACA JUGA: Penyekapan Putri Dubai, PBB Akan Bertanya ke Uni Emirat Arab
"Kami meminta bukti bahwa ia hidup - kami meminta informasi lebih lanjut," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa Komisi HAM PBB ini telah mengontak perwakilan tetap Uni Emirat Arab di Jenewa pada Kamis (18/2/2021).
Pemerintah Dubai dan kementerian luar negeri Uni Emirat Arab belum berkomentar mengenai pernyataan itu.
Setelah video ini muncul, PBB mengatakan akan mengangkat isu penyekapan Putri Latifa.