Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Paus Terapkan Lockdown dan Prokes Ketat yang Selamatkan Kota Roma dari Pandemi Hebat Abad ke-17

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 21 April 2021 |06:24 WIB
Kisah Paus Terapkan Lockdown dan Prokes Ketat yang Selamatkan Kota Roma dari Pandemi Hebat Abad ke-17
Paus Alexander VII berlakukan lockdown dan prokes ketat akibat wabah besar pada abad ke-17 (Foto: Public Domain)
A
A
A

ROMA - Abad ke-17 menjadi periode kelam bagi beberapa wilayah yang saat ini menjadi bagian dari negara Italia modern. Muncul wabah penyakit besar yang disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan banyak orang meninggal dunia.

Dari beberapa kawasan ini, Roma tercatat dalam sejarah sebagai wilayah dengan jumlah kematian relatif minim, berkat protokol kesehatan yang diterapkan penguasa saat itu, Paus Alexander VII.

Sejarawan Italia dan guru besar di University of Rome La Sapienza, Luca Topi, mengatakan wabah yang terjadi pada Mei 1656 hingga Agustus 1657 ini menewaskan 55% penduduk Sardinia, setengah dari penduduk Napoli, dan 60% dari total warga Genoa.

Di sisi lain, Roma yang saat itu memiliki penduduk 120.000 orang, mencatat kematian sekitar 9.500 atau kurang dari delapan persen.

Pada abad ke-17, Paus tidak hanya pemimpin tertinggi Katolik, ia juga adalah pemimpin pemerintah sipil, posisi yang memungkinkannya menerapkan kebijakan-kebijakan nonreligius.

Apa yang Paus Alexander VII lakukan di Roma sangat mirip dengan apa yang dilakukan oleh otoritas kesehatan di seluruh dunia saat ini dalam melawan pandemi Covid-19.

Pada 20 Mei 1656, ia mengeluarkan dekrit membekukan semua perdagangan dengan kerajaan Napoli, yang saat terdampak oleh pandemi.

(Baca juga: Mawar Bermekaran Hangatkan Ramadhan 2021 di Taif)

Pada pekan berikutnya, semua pendatang dilarang masuk Roma, yang pada praktiknya adalah menerapkan karantina wilayah atau lockdown.

Di Roma, hampir semua pintu gerbang -- yang menjadi akses ke dalam kota -- ditutup. Saat itu, langkah seperti ini bisa dikatakan sangat radikal.

Hanya delapan yang tetap dibuka dan itu pun dijaga 24 jam oleh tentara di bawah pengawasan seorang bangsawan dan seorang kardinal.

  • Pelacakan kontak abad ke-17

Selain menutup kota, mereka yang punya alasan valid untuk masuk ke kota juga dicatat. Langkah Paus Alexander ini tak ubahnya melakukan pelacakan kontak.

Kasus pertama wabah di Roma terjadi pada 15 Juni ketika seorang tentara Napoli meninggal dunia di rumah sakit. Protokol kesehatan pun diperketat.

Lima hari kemudian, dikeluarkan peraturan yang mewajibkan penduduk Roma memberi tahu pihak berwenang jika mereka menemui pasien.

Lagi-lagi, ini adalah bagian dari upaya pelacakan kontak.

(Baca juga: Senja Kala Kekuasaan Ratu Inggris Usai Wafatnya Pangeran Philip)

Selain itu, pastor dan asistennya diwajibkan mengunjungi rumah-rumah warga sekali dalam tiga hari untuk mendata siapa saja yang jatuh sakit.

Ketika upaya menekan pandemi tengah digiatkan, muncul kabar dari salah satu kawasan di wilayah Roma, Trastevere, bahwa seorang nelayan meninggal dunia.

"Beberapa anggota keluarganya juga terkena penyakit dan kemudian mati," kata Raylson Araujo, mahasiswa teologi Pontifical Catholic University of Sao Paulo, Brasil, yang banyak melakukan kajian tentang pandemi di Italia pada abad ke-17.

Dari ini, ada usul agar seluruh kawasan Roma diisolasi.

"Ketika wabah meluas, Paus Alexander VII menerapkan isolasi. Menyusul pembekuan kontak dagang dengan Napoli, ia mengeluarkan aturan tentang jaga jarak yang aman, melarang pertemuan, prosesi dan acara-acara keagamaan yang melibatkan banyak orang," terangnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement