NEW JERSEY - Seorang wanita menuduh sang dokter yang menanganinya melakukan "pemerkosaan medis" dengan mengatakan jika dokter itu diam-diam menggunakan spermanya sendiri untuk menghamilinya hampir 40 tahun yang lalu.
Bianca Voss, sekarang 75 tahun, mengatakan dia hanya menemukan kebenaran ketika putrinya yang sudah dewasa mengambil tes DNA '23andMe'.
Voss dari New Jersey, AS, mengatakan dalam gugatan pengadilan federal New York bahwa dokter Martin Greenberg melakukan "pemerkosaan medis" ketika dia mengunjungi klinik Manhattan pada 1983 dengan harapan dia bisa hamil dengan sperma yang disumbangkan oleh pria tak dikenal.
Gugatan itu menyatakan program kehamilan itu telah membuat Voss, yang tinggal di Upper West Side Manhattan, merasa "menjadi korban" dan telah menyebabkan "kecemasan yang melemahkan dan rasa sakit emosional".
Melalui konferensi pers virtual pada Selasa (25/5) sore, Voss dan putrinya, Roberta, mengatakan mereka berdua sangat terpukul dengan dugaan kejahatan tersebut.
"Dr Martin Greenberg memasukkan spermanya sendiri ke dalam pasien ini, Bianca Voss. Dia melakukannya tanpa persetujuannya dan bertentangan dengan keinginannya," menurut pengaduan dari pengacara Voss, Jason Kane.
(Baca juga: Warganya Diduga Ditahan di Israel, Malaysia Lakukan Penyelidikan)
"Beberapa orang menyebut tindakan mengerikan ini 'pemerkosaan medis'. Tapi terlepas dari namanya, pelanggaran keji dan disengaja Greenberg tidak etis, tidak dapat diterima, dan ilegal,” lanjutnya.
"Saya ingin seseorang anonim. Dia berkata, 'Apakah Anda keberatan donornya adalah orang Yahudi?' Dan saya bilang 'tidak' dan hanya itu. Saya pikir mungkin itu mahasiswa kedokteran dari rumah sakit, tapi hanya itu. Dan kemudian dia meminta cek sebesar USD100 (Rp1,4 juta) untuk menutupi donor, ketidaknyamanannya,” terang Voss kepada wartawan, Selasa (25/5).
"Mengerikan melihat ke cermin dan melihat orang yang berbuat salah ke ibuku dan aku melihat wajahnya setiap kali aku bercermin,” ujar sang putri, Roberta Voss.
"Saya bingung tentang siapa saya, apa artinya, dan orang macam apa yang akan melakukan ini? Dan apakah itu bagian dari diri saya? Dan bagaimana dengan anak saya?,” terangnya.
(Baca juga: Guru Perintahkan Siswa Hapus Pesan Pro-Palestina di Tangan Mereka, Tuai Kecaman)