Meski begitu, LaNyalla mengatakan koordinasi dengan pemerintah daerah, khususnya pengurus desa, juga penting dilakukan.
“Pemerintah desa harus terlibat, khususnya pengusus RT/RW sehingga pendistribusian berjalan dengan lancar. Saya juga mengingatkan pemda untuk melakukan pengawasan ketat agar paket obat gratis ini tidak diperjualbelikan, apalagi obat-obatan sedang sangat langka sehingga potensi penyalahgunaan bantuan itu ada,” paparnya.
Ada 3 paket yang dibagikan pada program paket obat gratis ini, yang dapat dikonsumsi selama 7 hari. Paket 1 berisi vitamin-vitamin untuk warga dengan PCR positif tanpa gejala atau OTG (orang tanpa gejala). Sedangkan paket 2 berisi vitamin dan obat untuk warga dengan PCR positif disertai keluhan panas dan kehilangan penciuman, dan paket 3 berisi vitamin dan obat untuk warga dengan PCR positif disertai keluhan panas dan batuk kering.
“Ingat, paket 2 dan paket 3 harus membutuhkan konsultasi dan resep dokter, yang dilayani lewat puskesmas. Jadi koordinasi betul-betul harus berjalan maksimal. Maka peran RT/RW sangat penting, dan pengurus harus proaktif sehingga kebutuhan warganya yang melakukan isoman bisa terpenuhi,” kata LaNyalla.
(Erha Aprili Ramadhoni)