Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Bagaimana Gempa Bumi Munculkan Lubang-Lubang Menganga Seperti 'Keju Swiss'?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Jum'at, 30 Juli 2021 |08:03 WIB
Bagaimana Gempa Bumi Munculkan Lubang-Lubang Menganga Seperti 'Keju Swiss'?
Lubang menganga (Foto: Antonio Sebalj)
A
A
A

  • Berada di area rawan gempa

Kroasia berada di daerah yang sangat aktif secara seismik, di mana lempeng Adriatik kecil bertabrakan dengan lempeng tektonik Eurasia, menyebabkan sejumlah patahan aktif, jelas Stipčević.

Sebelum gempa pada 29 Desember 2020, negara itu telah mengalami sembilan gempa lainnya dengan kekuatan di atas enam magnitudo sejak awal abad ke-20.

Gempa besar terakhir yang terjadi di patahan Pokupsko-Petrinja - di tempat yang sama gempa terbaru melanda - terjadi pada tahun 1909.

Gempa 1909 terjadi hanya 23 km barat laut dari pusat gempa yang mengguncang pada akhir tahun 2020.

Gempa tersebut juga menarik perhatian seismolog terkemuka saat itu.

Ahli geofisika Kroasia yang terkenal Andrija Mohoroviči mempelajari seismograf dari gempa Pokupsko tahun 1909 dan menyimpulkan bahwa gelombang seismik bergerak dengan kecepatan berbeda saat melewati lapisan bumi yang berbeda.

Wawasannya mengarah pada penemuan batas yang memisahkan kerak bumi dari mantelnya, yang sekarang dikenal sebagai diskontinuitas Mohorovicic, atau hanya Moho.

Saat ini, para peneliti sedang mempelajari area yang sama dengan harapan dapat memahami bagaimana gempa menyebabkan begitu banyak lubang yang tiba-tiba muncul.

Lubang runtuhan bukanlah konsekuensi paling umum dari guncangan seismik yang kuat, tetapi itu memang terjadi, terutama di daerah dengan rongga bawah tanah yang tersembunyi.

Setelah gempa bumi dahsyat di dekat kota Italia L'Aquila pada tahun 2009, dua lubang runtuhan segera terbuka di jalan-jalan di bagian kota yang lama.

Para ahli pada saat itu menduga bahwa penggalian parit vertikal sebelumnya untuk saluran pembuangan limbah melemahkan atap gua bawah tanah, yang kemudian berkontribusi pada runtuhnya tanah saat gempa terjadi.

"Anomali nyata dalam kasus Kroasia adalah jumlah lubang runtuhan yang sangat tinggi dengan dimensi yang signifikan," kata ahli geologi Italia Antonio Santo di University of Naples Federico II.

Lubang yang dalam dan lebar yang membahayakan kedua desa di Kroasia ini dikenal sebagai lubang runtuhan penutup.

Mereka biasanya muncul di daerah di mana batuan bawah tanah telah dilubangi untuk membentuk rongga dan gua oleh air dan ditutupi dengan lapisan tanah yang tebal, pasir atau alluvium, dan yang paling penting, tanah liat.

Seiring waktu, air perlahan-lahan menyapu material permukaan dari lapisan yang lebih dalam ke dalam gua bawah tanah.

Tetapi keberadaan tanah liat membuat material permukaan ini lebih kokoh dan konsisten, sehingga setelah beberapa saat, rongga terbentuk di tanah dari bawah, dan hampir tidak terdeteksi di atas tanah. Ketika lapisan permukaan menjadi lebih lemah secara struktural, akhirnya runtuh.

Biasanya proses ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, tetapi dapat dipercepat oleh curah hujan yang intensif, banjir atau bahkan aktivitas manusia seperti penambangan atau pemompaan air tanah yang agresif.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement