Persebaran desa penyeberangan di Sungai Brantas mempertegas posisi sungai tersebut sebagai sarana transportasi dan perdagangan yang menghubungkan daerah hulu dengan daerah hilir. Dilihat dari faktor keamanan dan politik, pemilihan lokasi di pedalaman sebagai ibukota tampaknya cukup beralasan, karena daerah tersebut cukup aman dari ancaman bahaya terbuka yang berupa penyerangan dari pihak luar melalui jalur laut.
Adanya kanal-kanal sebagai “perpanjangan” dari sungai-sungai alam sebagai jalur transportasi air memungkinkan untuk mendeteksi ancaman atau bahaya secara lebih dini. Berita Cina Ying-Yai Sheng-Lan (1416) menyebutkan bahwa tanah Jawa mempunyai empat buah kota tanpa tembok. Kapal yang datang ke daerah ini pertama mendarat di Tuban kemudian ke Gresik, Surabaya, dan terakhir ke Majapahit.
Perjalanan dari Surabaya ke Majapahit terlebih dahulu melewati Canggu sebuah pelabuhan sungai dengan menggunakan perahu kecil sepanjang 70-80 li atau kurang lebih 25 mil, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menempuh jalan darat selama 1,5 hari (Groeneveld, 1960).
(Rani Hardjanti)