Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ilmuwan Nuklir Tewas Dibunuh Gunakan Senapan Mesin Pembunuhan AI

Vanessa Nathania , Jurnalis-Selasa, 21 September 2021 |12:29 WIB
Ilmuwan Nuklir Tewas Dibunuh Gunakan Senapan Mesin Pembunuhan AI
Ilmuwan nuklir dibunuh senapan mesin gunakan AI (Foto: Reuters)
A
A
A

Saat konvoi ilmuwan menuju ke kota, para pembunuh mengerahkan mobil umpan untuk mengidentifikasi target dan memaksa mereka untuk berbalik arah. Begitu dia berada dalam jangkauan, seorang pria bersenjata yang duduk ribuan mil jauhnya mengambil tembakan. Menggunakan sistem AI, senapan mesin menghitung kecepatan mobil konvoi dan penundaan sinyal lalu menembak.

Setelah hujan peluru di awal, Fakhrizadeh – yang telah ditembak di bahu – berlindung di balik pintu mobilnya. Pembunuh itu menembak lagi. Hasilnya, tiga peluru mengenai tulang punggungnya dan membunuhnya.

Beberapa alasan mengapa pada awalnya kecurigaan orang-orang Iran atas keterlibatan AI adalah fakta bahwa, mengejutkan, istri Fakhrizadeh sama sekali tidak terluka meskipun duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Keakuratan bedah saat serangan itu terjadi mengarah ke otomatisasi komputer.

Kendaraan tempat senapan mesin dipasang kemudian meledak dalam upaya untuk menghancurkan barang bukti—tetapi sebagian besar peralatan robot masih ada.

Israel telah lama mengoperasikan program "sabotase dan pembunuhan" di Iran untuk mencoba dan menghentikan negara itu dari pembangunan senjata nuklir. Sejak 2007, Israel telah membunuh lima ilmuwan nuklir Iran menggunakan racun, serangan sepeda motor, dan bom jarak jauh.

Program pembunuhan dilaporkan dilanjutkan setelah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kemudian menarik diri dari kesepakatan, setelah sebelumnya program ini dihentikan saat mantan Presiden Barrack Obama membuka negosiasi untuk pembicaraan nuklir Iran.

Fakhrizadeh yang tampaknya berwatak halus – yang dikatakan menikmati puisi dan perjalanan ke pantai – telah selamat dari berbagai upaya pembunuhan di masa lalu, dan bahkan memiliki detail waktu keamanan penuh.

Menggunakan teknologi AI dalam peperangan sangat kontroversial. Pada 2015, ribuan ilmuwan – termasuk Stephen Hawking dan Elon Musk – menandatangani surat terbuka yang menyerukan larangan global atas apa yang disebut "senjata otonom" yang dapat membuat keputusan hidup dan mati secara bebas di luar kendali manusia.

Sementara banyak orang menentang jenis senjata mematikan yang dapat bertindak tanpa campur tangan manusia, AI yang digunakan dalam pembunuhan Fakhrizadeh tampaknya ada untuk membantu para pembunuh dalam membuat tembakan yang sangat akurat.

Sistem ini mampu membuat perhitungan dan prediksi secepat kilat yang tidak akan pernah bisa dilakukan manusia.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement